Pages


Sabtu, 02 Maret 2013

“ SIBAK RUKOK TRUEK “



“ SIBAK RUKOK  TRUEK “
===================================================
Oleh Tgk : Diyueb Bruek/Sulaiman.A.Gani 
 
Alhamdulillah, lon pujoe  Tuhan
Lon puphoen kalam, Haba lon rika
Seugala  pujoe, meuwoe, keu Tuhan
Yang peujuet Alam, lat batat dumna

Selawuet saleum, akan janjongan
Pang Ule Alam, Rasul Mustafa
Keluarga ngoen sahbat, dum sekalian
Wareh janjongan, Bandum  Ulama

Samboet saleum lon, yang suson Nazam
Inoeng ngoen Agam, Tuha ngoen muda
Sibak rukok truek, Hajat lon karang
Keu perjuangan, Aceh Merdeka

Janji ngoen sumpah, dile saboeh jan
Yoeh mantoeng lam prang, lake merdeka
Yoh mantoeng gle , bude tagulam
Mantoeng seupaham, sapoe  bahasa

Meunyoe lagenyoe, tan perubahan
Keupue ta muprang, peugah merdeka.
Teurimong mantong, ban kheun pimpinan.
Bek pakat lawan,  peugah merdeka.

Nanggroe Acehnyoe,  tanuek coek pulang.
Inong ngon agam, gulam seunjata.
Meuban di brie peng,  di dalam reugam.
Kalaen taulan , tapeugah haba.

Rata  juet sagoe , syahid pahlawan
Yatim dum  tingai, juet inoeng syuhada
Mate dum urueng, Meuribe  korban
Jinoe yuem sang sang, tanle  hareuga

Kalhueh Barojeh, Dile Tamuprang
Yoh Danul Islam, lake  Merdeka
Daud Beureueh, yang juet Komandan
Padumna korban, Rakyat jeulata

DI  TII,  lam perjuangan
Kiban dukungan , Rakyat  jeulata
Bandum ulama, meusapat keunan
Oh dudoe kiban, Khianat bangsa
Sang sang kalinyoe, pih meunan macam
Khuluk pakriban, dali  deuh nyata
Bandum keu pruet droe, sang sang berjuang
Sang sang meu ulang, khianat  Bangsa

Kupue  MoU, tanyoe  peujuang
Ngoen Undang Undang, nyan  UUPA
Meunyoe tan hasil, Kupue Atranyan
Padumna korban, Syahid  Syuhada

Sumpah ngoen janji, biat saboh jan
Bandum Atanyan , jinoe ka lupa.
Tanle teu ingat, sumpah ngoen Tuhan
Kifarat pih tan, Bandumna Dosa

Kajeut munafek , Tanyoe hai rakan
Dosa ngoen Tuhan, tamoeng Nuraka
Meumada Ohnoe, saboeh  peuneusan
Bukon hai rakan, lon ba  peusuna
(Tgk  Diyueb Bruek )17/02/2013

Dulu, Rokok Jadi Alat Propaganda GAM
====================================
TIDAK bisa dipungkiri, GAM (Gerakan Aceh Merdehka) adalah sebuah fakta sejarah. Selama 30 tahun lebih berjuang yang kemudian berakhir dengan MoU Helsinki pasti memiliki banyak cerita yang menarik untuk disimak. Bukan hanya cerita tentang Hasan Tiro dan sejumlah pengikutnya yang militan ingin membebaskan rakyat Aceh dari ketidakalidan dan kesewenang-wenangan Jakarta. Banyak juga cerita lain, yang mungkin saja dianggap sepele, tetapi cukup memiliki makna bagi perjuangan GAM.

Salah satu cerita itu berkaitan dengan propaganda GAM untuk menyakinkan Rakyat Aceh terhadap perjuangannya. Dulu, ketika kita bertemu anggota Angkatan Bersenjata GAM (AGAM), mereka akan katakan bahwa perjuangan kita tidak akan lama lagi akan sampai pada tujuan: Hanya sebatang rokok lagi (bahasa Aceh: sibak Rukok treuek (dialeg bagian utara Aceh dan sekitarnya), teuk (kebanyakan dialeg bahasa Aceh bagian Barat dan sekitarnya). (Sibak = Sebatang, Rukok = Rokok, Treuek atau Teuk (tanpa “R”) = lagi).

”Hanya sebatang rokok lagi” yang sedang dihisap adalah waktu yang memang sangat dekat. Bila kita konversikan dengan panjang rokok yang kurang lebih hanya 8 (delapan) sentimeter, jadi perjuangannya hanya sejauh 8 cm lagi. Sangat dekat sekali akan sampai pada tujuan dan itu begitu menyakinkan. Meskipun kedengarannya sepele dan tidak masuk akal, namun pengaruh atau dampaknya pada awal-awal perjuangan kembali dilakukan secara terbuka (bukan bawah tanah lagi), sekitar tahun 1998 atau 1999, cukup signifikan dalam rangka memperoleh dukungan.

Penggunaan istilah “Sibak Rukok Treuk” dalam masyarakat Aceh memang bukan sebuah istilah asing. “Sibak Rukok Treuk” adalah sebuah ungkapan yang menyatakan sebentar lagi. Jadi, jangan heran bila dalam pembicaraan sehari-hari sering kita dapati istilah seperti itu. Misalnya, seseorang bertamu ke rumah tetangganya dan orang itu sudah merasa lama di situ dan ingin pamit pulang: “Ka trep lon inoe Teungku*. Jinoe lon lakee izin Jak wo” (Sudah lama saya di sini teungku. Saya mohon izin pulang). Terkadang yang punya rumah sering mengatakan: “Hai pu bagah-bagah that” (Kenapa terburu-buru), Neu Preh sibak rukok treuk (tunggu sebentar lagi).

Atau ada juga kejadian, misalnya seorang menginginkan temannya untuk cepat-cepat berangkat. Sedangkan temannya itu sedang asyik ngobrol dengan orang lain. “Hai tajak laju tanyoe ka meukarat that nyoe (Ayo, kita berangkat terus). “Preh ilee. Bek meukarat-karat that. Sibak Rukok treuek (Jangan terburu-buru, sebentar lagi). Masih banyak istilah “sibak rukok treuk” digunakan yang berarti sebentar lagi.

Kenapa digunakan istilah “sibak rukok truek” sebagai batas waktu yang tidak lama lagi. Mungkin ini disebabkan karena tidak ada patokan waktu yang jelas karena kebanyakan orang-orang Aceh terutama di kampung-kampung jarang menggunakan jam atau memang tidak ada sama sekali. Maka sebatang rokok yang sedang dihisap menjadi ukuran atau patokan bagi orang Aceh sebagai batas yang tidak lama lagi.

Kenapa kemudian dalam perjuangan AGAM untuk menyakinkan orang Aceh perjuangannya tidak lama akan sampai pada tujuan. Mungkin karena memang GAM lebih banyak berada di daerah pedalaman Aceh. Maka bahasa “Sibak Rukok Treuk” menjadi bahasa yang memudahkan untuk meyakinkan masyarakat. Menurut hemat saya, penggunaan istilah itu oleh GAM untuk masyarakat, seperti waktu itu cukup berhasil. Mungkin karena kedengarannya cukup bermasyarakat (DJH).

0 komentar:

Posting Komentar

Komentar FB :