Pages


Sabtu, 26 Oktober 2013

“ Pesan (Makrifat) Nabi Khidir ketika berpisah dengan Nabi Musa“


   Oleh  : SULAIMAN.A.GANI
   ==================================================
Meukru Seumangat, Rahmat meulimpah
Loen Pujoe Allah, Azawajalla
Ngoen Rahman Rahim, geunaseh Allah
Nikmat neulimpah, peutroen  u Donya
 
Saket ngoen mangat, seunang ngoen susah
Bandum buet  Allah. Kada  ngoen  qadha
Wajeb  iktiyue , mohon bak  Allah
Meunan peurintah, tugah bak  Hamba
 
Seulawuet saleum, keu Rasulullah
Yang ba risalah, keu bandum hamba
Yang ba peununtun, utusan Allah
Meunyang ba dakwah, ban sigoem donya

Yang bri syafaat, di Mizan Allah
Di uroe balah, Blang padang masya
Liwa ul-Hamdi, payoeng neupeuhah
Di Rasulullah, umat neumita
 
Jinoe saleum loen, Tangloeng meutatah
Ummi ngoen Ayah, Tuha ngoen Muda
Hajat uloen bri, saboeh seujarah
Yoeh Nabi yullah, Khaidir ngoen Musa

Padum  boeh peusan,  Khaidir neu peugah
Khaidir Amanah, bak Nabi  Musa
Khaidir neuwasiet, Wate berpisah
Kiban seujarah, diyueb neubaca

Neubaca keudroe, mangat bek salah
Hana loen surat, Payang lagoena
Hansep pikiran, loen takoet salah
Hansep keureutah, wate pih hana
 
Nyoepat dimiyueb, ka loen seuleuah
Kalhueh loen papah, ngat mangat baca
Neucoek meukeusud, keu Amaliah
Lage geupeugah, Khaidir bak  Musa

Juet keu Amalan, Tanyoe bak Allah
Dalam Ibadah, Hudep Lam Donya
( Tgk Diyueb Bruek, 26 Oktober 2013 (

 “ Pesan (Makrifat) Nabi Khidir ketika berpisah dengan Nabi Musa “
======================================================
Dia (Musa) berkata, “Berilah aku wasiat”. Jawab Nabi Khidir : Wahai Musa, jadilah kamu orang yang berguna bagi orang lain, Janganlah sekali-kali kamu menjadi orang yang hanya menimbulkan kecemasan diantara mereka sehingga kamu dibenci mereka. Jadilah kamu orang yang senantiasa menampakkan wajah ceria dan janganlah sampai mengerutkan dahimu kepada mereka. Janganlah kamu keras kepala atau bekerja tanpa tujuan. Apabila kamu mencela seseorang hanya karena kekeliruannya saja, kemudian tangisi dosa-dosamu, wahai Ibnu Imron! (Al Bidayah Wan Nihayah juz I hal. 329 dan Ihya’ Ulumuddin juz IV hal. 56).

Pesan Pertama :
=============
1. “Wahai Musa”, jadilah kamu seorang yang berguna bagi orang lain.
Sebaik-baiknya manusia yang berguna bagi orang lain karena keberadaannya
sangat dibutuhkan dan andaikata dia pergi, mereka merasa kehilangan sehingga
yang akan dijadikan panutan tidak ada, dan sebagai penggantinya yang setaraf
pun tidak ada.

2. Janganlah sekali-kali kamu menjadi orang yang hanya menimbulkan kecemasan
diantara mereka sehingga kamu dibenci mereka. Kerukunan dan ketentraman
lingkungan didambakan disetiap warga. Dan apabila ada seseorang yang
membuat resah masyarakat yang menimbulkan kecemasan mereka,
kepergiannya tidak akan dinantikan kedatangannya lagi. Dengan kepergiannya,
masyarakat merasa tentram, keberadaannya disetiap yang ditempati selalu
dibenci dan bahkan diusir.

3. Jadilah kamu orang yang senantiasa menampakkan wajah ceria dan janganlah
sampai mengerutkan dahimu kepada mereka. Muka cemberut dan kusam
menunjukkan wajah atau hati sedih dan kurang senang pada keadaan. Terimalah
apa adanya dengan senang hati, jalani saja kehidupan ini dengan ketabahan dan
sabar, walaupun pahit dirasa. Kejadian apapun yang kita alami, pasti Allah akan
memberikan hikmah dan pelajaran dibaliknya. Dengan demikian kesedihan pun
sirna dengan sendirinya, dan wajah kelihatan berseri-seri tampaklah muka ceria.

4. Janganlah kamu keras kepala, atau bekerja tanpa tujuan. Keras kepala adalah
sifat yang harus disingkirkan jauh-jauh, karena bisa mengalahkan sifat-sifat
baik lainnya, kalau sifat keras kepala masih mendominasi pada diri yang
akibatnya dapat merugikan diri sendiri bekerja pun tak terarah dan sia-sia.

5. Apabila kamu mencela seseorang, hanya karena kekeliruannya saja. Kemudian
tangisi dosa-dosamu.

Menyalahkan orang lain atau mencela tidak diperbolehkan oleh Nabi Khidir
karena beliau berlandaskan firman Allah dalam surat Al Insyiqaq ayat 19 :
“Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kejadiannya)”.

Manusia diciptakan oleh Allah tingkat demi tingkat, salah satunya tingkat
pemahaman belum berubah atau berbeda sebab yang dicela tingkat
pemahamannya dibawah yang mencela, logislah yang mencela atau
menyalahkan tidak dibenarkan. Orang kelas 3 kok disalahkan oleh orang kelas
5. Seharusnya kelas 5 yang mengalah, dan harus tahu bahwa perbuatan itu
kurang benar, segeralah mohon ampun kepada Allah dan jangan diulangi lagi.

Pesan ke Dua.
===========
Diriwayatkan bahwa setelah Khidir akan meninggalkan Nabi Musa, dia
(Khidir) berpesan kepadanya : Wahai Musa, pelajarilah ilmu-ilmu
kebenaran agar kamu dapat mengerti apa yang belum kamu fahami,
tetapi janganlah sampai kamu jadikan ilmu-ilmu hanya sebagai bahan
omongan. (Riwayat Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Asakir).

Faham sesuatu ilmu bukan untuk modal berdebat, menonjolkan sesuatu faham
yang berseberangan dan faham yang baru selesai dipelajarinya itu adalah yang
paling benar sehingga bangga atas golongannya itu dan mengajak adu argument
bahwa dialah yang paling benar sendiri, ini tidak dibenarkan sebab berdebat itu
tidak diperbolehkan sebagaimana surat Al Baqarah ayat 139 :

“Katakanlah, apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah,
padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu, bagi kami amalan kami, bagi
kamu amalan kamu dan hanya kepada Nya kami mengikhlaskan hati”.

Berseberangan faham yang sudah diyakini tidaklah perlu diusik satu sama lain
karena masing-masing sudah kokoh dalam keyakinannya hanya saja ajakan
orang-orang yang masih ngambang atau yang belum iman.

Pesan ke tiga.
=============
1. Wahai Musa, sesungguhnya orang yang selalu memberi nasehat itu tidak pernah
merasa jemu seperti kejemuan orang-orang yang mendengarkan.

Memberi nasehat kepada orang lain janganlah mengharapkan sesuatu imbalan
apapun kecuali ridha Allah dan tugas menyampaikan. Tugas menyampaikan
dan mensyiarkan agama Allah adalah tugas setiap umat muslim, firman Allah
dalam surat Al Hajj ayat 32 mengatakan :

“Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa mengagungkan syiar-syiar
Allah maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati”.

Dan kita sendiri jangan merasa bosan-bosan untuk menengarkan para
penceramah itu termasuk tholabul ilmi yang diwajibkan pada setiap muslim,
walaupun ilmunya banyak.

2. Maka janganlah kamu berlama-lama dalam menasehati kaummu.
Berilah nasehat singkat, padat, berisi dan yang penting tidak membosankan.

3. Dan ketahuilah bahwa hatimu itu ibarat sebuah bejana yang harus kamu rawat
dan pelihara dari hal-hal yang bisa memecahkannya.

Iman didalam hati belum tentu sudah kokoh tanpa djaga dan dirawat dan
dipelihara karena lapisan luar hati masih dipenuhi oleh hawa nafsu yang selalu
mengajak ke arah perbuatan yang kurang baik. Maka dari itu waspadalah dalam
menjaga hati jangan sampai hati terpengaruh dari hasutan syaitan yang cara
penyusupan penyerangannya lewat hawa nafsu. Begitu hati sudah terkena
pengaruh hawa nafsu pecahlah hati ini. Dan hati-hatilah dalam menjaganya.

4. Kurangilah usaha-usaha duniawimu dan buanglah jauh-jauh dibelakangmu,
karena dunia ini bukanlah alam yang akan kamu tempati selamanya.

Dunia yang kita tempati ini tidaklah selamanya kita tempati dan setelah selesai
hidup kitapun pindah di alam lain, maka kumpulkan amal kebajikan untuk
modal menuai di akhirat nanti. Jangan buang-buang tempo, tanamlah amalmu
untuk menggapai kebahagiaan di alam akhirat, apabila tidak ditanami amal
kebajikan apa yang diambil disana kita akan rugi di dunia dan di akhirat. Waktu
kita di dunia hanya sebentar, tidaklah lama sebagaimana keterangan surat An
Naziyat ayat 46 :


“Pada hari mereka melihat hari kebangkitan itu, mereka merasa seakan-akan
tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) diwaktu sore atau di pagi
hari”.

5. Kamu diciptakan adalah untuk mencari tabungan pahala-pahala akhirat nanti.
Semua makhluk yang bernama manusia beramar ma’ruf nahi munkar.
Mengerjakan amal yang baik untuk bekal di akhirat serta mencegah hal yang
munkar untuk diri sendiri dan dilanjutkan kepada orang lain yang menjalani hal
yang munkar yang dilarang.

6. Bersikap ikhlaslah dan bersabar hati menghadapi kemaksiatan yang dilakukan
kaummu.
Sabar dalam menghadapi kemaksiatan dilingkungannya, ini bukan berarti diam
tetapi sabar dalam bentuk berusaha mencegah dan menggantikan dengan
perbuatan yang baik. Apabila mengalami kesulitan, bersabarlah, mencari
solusinya dan jalan keluar yang baik.

7. Hai Musa, tumpahkanlah seluruh pengetahuan (ilmu) mu, karena tempat yang
kosong akan terisi oleh ilmu yang lain.
Kewajiban manusia yang berilmu untuk membagi ilmunya kepada orang lain
yang membutuhkan, bukan ilmu yang diberikan kepada orang lain itu habis
tetapi malah sebaliknya justru bertambah banyak. Apa sebabnya?. Karena, ilmu
yang kita berikan kepada orang lain dengan ikhlas dan ridha, Allah pun ridha
menambah ilmu Nya kepada orang tersebut.

8. Janganlah kamu banyak mengomongkan ilmumu itu, karena akan dipisahkan
oleh kaum ulama’.
Membicarakan ilmu yang sudah dicapai dengan predikat ilmu mukasyafah
dengan orang yang diluar kelompoknya yang masih dibawah jauh dari ilmu
yang dicapai, maka akan terjadi kurang baik bagi dirinya juga bagi orang lain.
Pendapat mengenai hal ini, Imam Al Ghozali mengatakan, Pengetahuan-
pengetahuan yang begini yang hanya boleh dikemukakan melalui isyarat, tidak
diperkenankan untuk diketahui setiap manusia. Begitulah halnya dengan orang
yang berpengetahuan tersebut tersingkap padanya, dia tidak boleh
mengungkapkannya kepada orang yang pengetahuan tersebut tidak tersingkap
atasnya. (Sufi dari Z.Z. hal. 181).

9. Maka bersikaplah sederhana saja, sebab sederhana itu akan menghalangi aibmu
dan akan membukakan taufiq hidayah Allah untukmu.

Menjalani kehidupan dengan kesederhanaan ini berartisudah meninggalkan
kehidupan keterikatan dengan keduniawian. Banyak tokoh-tokoh Sufi yang
tadinya hidup dalam kemewahan ditinggalkannya untuk hidup dalam
kesederhanaan. Dengan hidup sederhana hatinya tidak disibukkan dengan harta.
Ibadah kepada Allah lebih tenang dan khusu’, dalam pendekatannya kepada
Allah serasa tak mengalami kesulitan.

10. Berantaslah kejahilanmu dengan cara membuang sikap masa bodohmu (ketidak
pedulian) yang selama ini menyelimutimu.

Menahan dan menyingkirkan sifat-sifat yang kurang baik bukan main susahnya
kalau tidak dilandasi dengan dzikir kolbu, sebab dzikir kalbu dapat mengikis
sifat-sifat yang kurang baik yang sekian lama membelenggu diri. Dengan
dzikrullah yang dikerjakan di kalbu, disamping menghilangkan sifat-sifat yang
kurang baik, sifat-sifat yang baik pun menguasai diri dan menambah
ketenangan dan ketentraman hati.

11. Itulah sifat orang-orang arif dan bijaksana, menjadi rahmat bagi semua. Orang-orang arif identik dengan orang-orang Sufi, orang-orang Sufi kebanyakan adalah para wali Allah yang menjadi rahmat bagi semua orang.

12. Apabila orang bodoh datang kepadamu dan mencacimu, redamlah ia dengan
penuh kedewasaan serta keteguhan hatimu. Meredam kemarahan orang yang
memarahi di awali melatih penahanan hawa nafsu dan meredam keinginan
hawa nafsu yang ingin bergolak. Setelah mampu meredam hawa nafsu,
meredam amarah orang lain dengan kelembutan sifat dan keteguhan hati.

13. Hai putra Imron, kamu sadari bahwa ilmu Allah yang kamu miliki hanya
sedikit. Ilmu yang dipunyai manusia itu hanya sedikit, itupun Allah lah yang
memberinya sedangkan ilmu yang Allah miliki tak terhingga sebagaimana di
surat Luqman 27: “Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan
laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)
nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.

14. Sesungguhnya menutup-nutupi kekurangan yang ada pada dirimu atau bersikap
sewenang-wenang adalah menyiksa diri sendiri. Menutupi kekurangan diri
sendiri juga sama dengan menutup diri yang tidak mau menerima dari luar diri.
Akhirnya kebodohan yang didapatkan sebaiknya sifat terbuka atau keterbukaan
dari segala hal akan terbukalah hal-hal yang tersembunyi. Termasuk dapat
terbukanya ilmu Allah maka jangan tutupi dirimu, terbukalah.

15. Janganlah kamu buka ilmu ini jika kamu tidak bisa menguncinya. Jangan pula
kamu kunci pintu ilmu ini jika tidak tahu bagaimana membukanya, hai putra
Imron. Membuka ilmu adalah tugas seorang guru, mursyid, atau pembimbing.
Jadi beliau sudah mampu membuka dan menutup ilmu. Kenapa ilmu yang
sudah dijalani oleh seorang murid ditutup?, disebabkan si murid ada kesalahan
besar yang sudah tidak dapat diajak memperbaiki untuk meluruskan pelajaran
ilmunya. Makanya harus ditutup, supaya dibelakang hari tidak ada
permasalahan yang lebih besar lagi. Kalau tidak tahu cara menutup ilmu,
jangan sekali-kali membukanya walau tahu cara membuka ilmu tersebut, sebab
kalau nanti ada konflik dikemudian hari tidak akan merepotkan. Bisa saja ilmu
yang baik ini diselewengkan.

16. Barang siapa yang menumpuk-numpuk harta benda, dia sendiri bakal mati
tertimbun dengannya hingga dia merasakan akibat dari kerakusannya itu.
Sebagaimana kisah kerakusannya Korun, dia seorang yang tamak terhadap
harta tidak dipergunakan untuk perjuangan agama Allah, sehingga dia
tertimbun hartanya.

17. Namun, semua hamba yang selalu mensyukuri karunia Allah serta memohon
kesabaran atas ketentuan-ketentuan Nya, dialah hamba yang zuhud dan patut
diteladani.



Orang-orang yang pandai mensyukuri nikmat Allah dan jangan dlolim atas
nikmat pemberian Nya. Andai kata kita tidak mau mensyukuri nikmat atas
pemberian dari Nya, Allah pun murka sebagaimana diterangkan dalam surat
Ibrahim ayat 34 : “Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluan) dari
segala apa yang kamu pohonkan kepada Nya. Dan jika kamu menghitung
nikmat Allah, tidaklah kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu
sangat dzalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”. Juga sabda Rasulullah
yang diriwayatkan oleh Muslim mengatakan : “Dari Abi Yahya Shuhaib bin
Sinan ra. berkata : Bersabda Rasulullah saw. sangat mengagumkan keadaan
seorang mukmin sebab segala keadaannya untuk ia sangat baik dan tidak
mungkin terjadi demikian kecuali bagi seorang mukmin, jika mendapat nikmat
ia bersyukur, maka syukur itu lebih baik baginya dan bila menderita kesusahan
ia bersabar, maka sabar itu lebih baik baginya”.

Dengan meninggikan sifat sabar serta mau menerima ketentuan-ketentuan yang
baik bersyukur atas nikmat dari Nya, dan menerima ketentuan yang jelek
diterimanya dengan ikhlas yang didasari dengan kesabaran, dan mohon
pertolongan Nya.

18. Bukankah orang yang seperti itu mampu mengalahkan nafsu syahwatnya dan
dapat memerangi bujuk rayu syaitan? Syaitan membujuk manusia sejak Nabi
Adam as. diciptakan di surga, dia iri dengan Nabi Adam karena Nabi Adam
diciptakan lebih sempurna dari dia, bahkan dia (iblis) disuruh bersujud kepada
Nabi Adam tidak mau sebab menurut dia, dia lebih dahulu dan lebih tinggi dari
Nabi Adam sa. karena dia tercipta dari api. Dengan tidak maunya iblis bersujud
kepada Nabi Adam, diusirlah dia oleh Allah dari surga, dan disuruh menempati
neraka selamanya. Iblis mau menerima itu tapi dia masih meminta tangguh dan
dalam penangguhan itu meminta lagi untuk menggoda anak cucu Nabi Adam
as. Dan hanya yang ikhlaslah iblis tidak dapat menggoda, sebagaimana firman
Allah di surat Al Hijr ayat 30 – 42 : 30.

Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama. 31. Kecuali iblis,
ia enggan ikut bersama-sama (malaikat) yang bersujud itu. 32. Allah berfirman
: Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut bersujud) bersama-sama mereka
yang bersujud itu? 33. Berkata iblis : Aku sekali-kali akan sujud kepada
manusia yang Engkau telah menciptaka dari tanah liat kering (yang berasal)
dari Lumpur hitam yang diberi bentuk. 34. Allah berfirman : Keluarlah dari
surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk. 35. Dan sesungguhnya kutukan itu
tetap menimpamu sampai hari kiamat. 36. Berkata iblis : Ya Tuhanku, (kalau
begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan.
37. Allah berfirman : (kalau begitu) maka sesungguhnya kamu termasuk orang-
orang yang diberi tangguh. 38. Sampai hari (suatu) waktu yang telah
ditentukan. 39. Iblis berkata : Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah
memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang
baik (perbuatan maksiat) dimuka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan
mereka. 40. Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis diantara mereka. 41.
Allah berfirman : Inilah jalan yang lurus, kewajiban Aku lah (menjaganya). 42.
Sesungguhnya hamba-hamba Ku tidak ada kuasa kekuasaan bagimu terhadap
mereka kecuali orang-orang yang mengikuti kamu yaitu orang-orang yang
sesat.

19. Dan Dia pula orang yang mengetam buah dari ilmu yang selama ini dicarinya.
Sabda Rasulullah saw. dari Abu Darda ra. mengatakan : Barang siapa yang
melalui suatu jalan untuk menuntut ilmu Allah akan memudahkan baginya
jalan ke surga. Dan para malaikat selalu meletakkan sayapnya untuk menaungi
orang-orang yang menuntut ilmu, karena senang dengan apa yang mereka
lakukan. Dan bagi orang-orang yang alim, dimintakan ampun untuknya oleh
penduduk langit dan bumi serta oleh ikan-ikan yang ada di air. Dan keutamaan
orang alim terhadap ahli ibadah (yang tidak memiliki ilmu) adalah bagaikan
kelebihan sinar bulan atas bintang-bintang lainnya. Dan sesungguhnya ulama’
adalah pewaris para nabi, dan sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar
dan dirham (kekayaan dunia), akan tetapi mereka mewariskan ilmu. Maka
barang siapa yang mengambil ilmu itu, berarti ia telah mengambil bagian yang
sempurna. (HR. Dawud Tirmidzi). (Pesan-Pesan Rasulullah hal. 167- 168).

20. Segala amal kebajikannya akan dibalas dengan pahala di akhirat. Sekecil
apapun amal kebajikan yang kita kerjakan di dunia, Allah akan membalasnya
karena di dunia ini kita diwajibkan menanam amal sebanyak-banyaknya, surat
Az Zalzalah ayat 7 menerangkan : “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan
seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya”.

21. Sedangkan kehidupan dunianya akan tentram ditengah-tengah masyarakar yang
merasakan jasanya. Jasa seorang pahlawan dikenang sepanjang masa oleh
takyat..

22.Hai Musa, pelajarilah olehmu ilmu-ilmu pengetahuan agar kamu dapat
mengetahui segala yang belum kamu ketahui, misalnya masalah-masalah yang
tidak bisa diomongkan atau dijadikan bahan pembicaraan saja. Ilmu yang tidak
bisa diomongkan itu ada beberapa macam antara lain penyampaiannya
memakai bahasa isyarat, bahasa gerak, bahasa perlambang, bahasa kias, dan
bahasa simbolis. Ada juga yang memakai bahasa kalbu, ada lagi cara
penyampaiannya lewat mimpi dan yang setengah sadar. Menerima pelajaran
seperti itu semua memang tidak bisa diomongkan kepada orang yang belum
bisa memahaminya. Mempelajari ilmu yang seperti itu dimulai dengan dzikir
kalbu dan menghidupkan perasaan antara lain, perasaan lahiriyah / fisik,
perasaan akal / otak, perasaan kalbu / hati, serta menghidupkan perasaan indra-
indra dhohiriyah maupun indra-indra batiniyah.

23. Itulah penuntun jalanmu dan orang-orang akan disejukkan oleh hatimu.

Menjadi seorang penuntun yang diawali dari dituntun oleh seorang yang sudah
ahlinya. Karena kita ini ditunggu oleh mereka maka persiapkan dirimu untuk
mereka. Sebab keberadaan sang penuntun ditengah-tengah mereka hatinya
merasa tentram.

24. Hai Musa putra Imron, jadikanlah pakaianmu bersumber dari dzikir dan fakir
serta perbanyaklah amal kebajikan.

Pakaian taqwa adalah yang paling baik untuk dipakai, dzikir adalah sarana
pokok dalam kekokohan taqwa, buahnya dzikir itu bertafakkur. Ketafakkuran
menghasilkan perenungan yang di amalkan dalam keseharian berbakti kepada
Allah swt.

25. Suatu hari kamu tidak dapat mengelak dari kesalahan, maka pintalah ridha
Allah dengan berbuat kebajikan, karena pada saat-saat tertentu akalmu pasti
melanggar larangan Nya.

26. Sekarang telah kupenuhi kehendakmu untuk memberi pesan-pesan kepadamu.

27. Omonganku ini tidak akan sia-sia apabila kamu mau menurutinya.
Setelah itu Khidir meninggalkan Nabi Musa yang duduk termenung dalam
tangis kesedihan.
=======================================================

0 komentar:

Posting Komentar

Komentar FB :