Pages


Rabu, 23 Oktober 2013

HUKOEM PESIJUK (PEUTEPOENG TAWA)”


1. “ MENGENAL ADAT PEUSIJUK”
2. “ HUKOEM PESIJUK (PEUTEPOENG TAWA)”
3. “ UPACARA Peusijuek (Antara Ada dan Terlupakan Pada Masyarakat Aceh
=====================================
Oleh : TGK.DIYUEB BRUEK /SULAIMAN.A.GANI
==========================================
Kru....seumangat, Rahmat meusipruek
Tungku Diyueb Bruek, Sehat Anggota
Loen Peubrueh Pade, ie  oen sineujuek
Pade lon sipruek, lon teupoeng Tawa

Hajat loen rika, Hukoem peusijuek
Kiban peuneuduek, Hukoem Agama
Pakoen di Aceh, adat peusijuek
Brueh Pade geusipruek, geubaca  Doa

Bulukat  tumpoe, Ngoen oen sineujuek
Sinan  geupeuduek, ploek minyuek ata
Ngoen ie lam bangkoeng, teupoeng dua nuek
Keuleungkapan peusijuek, na meuh sikada

Geusipruek ie oen,  khanduri duanuek
Adat peusijuek, keuneubah  Maja
Geutueng Beureukat, adat  peusijuek
Pakoen juet gabuek, sampe juet Dawa

Ladoem Bid’ah, peugah peusijuek
Yang landoem gabuek, Khurafat nama
Bek juet keu pake, adat peusijuek
Tungku Diyueb Bruek, seujarah geubuka

Nyoepat Dialok, Kalhueh  loen peuduek
Hukoem peusijuek, neutuloeng baca
Bek juet keu Dawa, Hukoem peusijuek
Kajuet peuneuduek, Adat  Budaya

Kajuet tradisi, Acara peusijuek
Tgk Diyueb Bruek, peuturi pih ka
Seureuta cara, tata peusijuek
Makna loen peuduek, tiep maseng jeumba

Meumacam ragam,  alat  peusijuek
Dan lom lon  peuduek, meumacam cara
Sereuta jeunis, bagoe  peusijuek
Dan lom loen peuduek, Dasar Agama

Meumada ohnoe, Rawi loen peuduek
Mangat bek gabuek, Dasar jih kana
Bek juet keu dawa, parang lam situek
Tgk Diyueb Bruek, Kalhueh peunyata
( Tgk Diyueb Bruek, 24  Oktober 2013 )

1. Mengenal Adat Peusijuk
======================
PEUSIJUK : merupakan suatu tradisi penyambutan sesuatu yang baru dengan harapan dapat memperoleh keberkahan dan terhindar dari berbagai mara bahaya. Acara peusijuk ini biasanya dilakukan apabila seseorang menduduki rumah baru, mobil baru, motor dan sebagainya. Ini merupakan suatu tradisi ataupun adat yang sudah berkembang di masyarakat, khususnya masyarakat di daerah pedesaan yang adatnya itu masih begitu kental. Acara peusijuk ini sendiri dilengkapi dengan doa-doa dan puji-pujian kepada sang khalik dengan harapan sesuatu tersebut selalu diberkahi oleh Allah swt.

Peusijuk juga dilakukan ketika mengapresiasikan sesuatu ataupun mengakhiri sengketa seperti rujuk suami istri yang pernah bercerai, acara damai anggota masyarakat yang bertikai. Sering juga dilakukan ketika mendapat keberuntungan, lepas dari bahaya, melaksanakan pekerjaan-pekerjaan baik, seperti naik haji, sunnah rasul, tueng dara baro, intat linto baro, dan lain sebagainya.

Peusijuk menggunakan beberapa bahan yang memiliki makna tersendiri dalam adat peusijuk tersebut, seperti :
Campuran air dan tepung tawar yang bertujuan, agar sesuatu yang terkena percikan air tersebut tetap dalam kesabaran dan ketenangan. Seperti air campuran tersebut yang terus terasa dingin.
beras dan padi yang bertujuan, agar dapat subur, makmur, semangat. Seperti taburan beras padi yang begitu semarak berjatuhan.
Dedaunan yang dipakai untuk peusijuk, yaitu on manek manou dan naleung sambo yang bertujuan, melambangkan suatu ikatan yang terwujud dalam kesatuan hidup bermasyarakat. Seperti beberapa jenis dedaunan yang berbeda yang bersatu dalam suatu ikatan.
Ketan yang bermakna sebagai lambang persaudaraan. Seperti halnya ketan yang selalu melekat dengan bahan lainnya.

Peusijuk biasa dilakukan oleh orang yang dituakan, atau orang yang dianggap pantas untuk melakukan adat tersebut. Proses ini disaksikan oleh beberapa orang, yang bertujuan dapat disaksikan langsung dan didengar secara bersama-sama. Adat ini begitu bernilai penting bagi masyarakat yang benar-benar mempercayai adanya peusijuk, sehingga ada kesan tidaklah sempurna sesuatu pekerjaan tanpa dibaringi dengan prosesi ini.

Tradisi peusijuk ini merupakan ciri khas yang harus terus kita lestarikan agar budaya yang kita miliki tidak punah. Karena di era globalisasi seperti sekarang ini banyak budaya-budaya luar yang masuk dan dengan serta merta menghilangkan dan menghapus tradisi-tradisi yang sudah kita miliki. Kita sebagai generasi-generasi yang terus memajukan aceh kedepan dengan berbagai peradaban yang ada, sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk terus menjaga dan melestarikan budaya Aceh tercinta. Indikator ini terekam dalam falsafah hidup orang aceh : //Umong meu ateung, ureung meu peutua/Rumoh meu adat, pukat meu kaja//artinya sawah berpematang, orang berpemimpin, rumah bertatakrama, pukat bertali-temali.

Kehidupan adat di Aceh selalu dibatasi oleh hukum, ibarat sawah yang dibatasi oleh pematang. Demikian pula setiap manusia yang hidup bersama harus mempunyai pimpinan serta diatur oleh adat istiadat. Yang dimaksud pimpinan geuchik, tuha peut, tuha lapan dan tokoh masyarakat lainnya. Tokoh-tokoh ini menjadi motor penggerak sistem adat dan hukum. Jika dalam kehidupan masyarakat menginginkan hasil yang baik (seimbang, rukun, tenteram, aman, damai), maka agama dan adat harus dilibatkan, ibarat sebuah pukat yang mempunyai jaring dan tali-temali, yang menghambat ikan keluar dari jaring pukat tersebut (M. Zainuddin: 1961).

2. HUKOEM PESIJUK (PEUTEPOENG TAWA)
======================================
Pesijuk (Tepung Tawar) ini sering dituding oleh DAJJAL yang berkedok Ulama (penegak sunnah) sebagai perbuatan syrik dan bid’ah. Kenapa kami katakan demikian, sebab akal mereka tidak digunakannya untuk menimbang perbuatan tersebut kepada hukum Allah yang lima. Mereka langsung mengatakan bid’ah, khurafat, syirik dan lafadz-lafadz kufur lainnya. Setelah kami kumpulkan tudingan mereka terhadap pelaksanaan tepung tawar ini, akhirnya kami simpulkan menjadi 5 macam.

1. Mereka mengatakan Kafir. Alasannya adalah, “setiap yang menyerupai kaum yang
    lain dikatakan sama”. Menurut mereka acara ini adalah budaya Hindu. Maka tentu
    pelakunya termasuk Hindu.
2. Mereka mengatakan Syirik. Alasannya adalah, “oleh karena pelakunya
    berkeyakinan Islam dan ketika telah menyerupai Hindu, tentu mereka menjadi
    syirik.
3. Mereka mengatakan Bid’ah. Alasannya adalah, hal ini tidak dicontohkan nabi.
    Menurut mereka setiap yang tidak dibuat nabi itu adalah bid’ah dan sesat.
4. Mereka mengatakan Haram. Alasannya adalah, sesuatu yang telah menjadi bid’ah,
    hukum melakukannya adalah dosa (haram).
5. Mereka mengatakan Mubazir. Alasannya adalah, pemborosan. benda itu akan
    terbuang begitu saja, sia-sia, dan tidak ada manfaatnya.
 Kalaulah mereka bukan DAJJAL, tetapi manusia yang berakal sehat, tentu tidaklah mengatakan demikian.

Padahal dalam kitab sirah Ibnu Hisyam, hadits riwayat Imam Bukhari, bahwa Rasulullah ` pernah memercerikkan air kepada Ali dan Fatimah, ketika pernikahannya.
Sebagian mereka mengatakan hanya “mubazir saja”. Kalau orang berkata pesijuk itu perbuatan yang Mubazir, itu salah besar, sebab Rasulullah ` melakukannya. Kalau demikian juga, berarti mereka terlebih lebih lagi sudah tidak waras (akalnya) sebab telah menuduh Rasulullah ` melakukan sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan Syaithan. Naudzubillah…!

Pernah saya dialog dengan salah seorang pengikut aliran Muhammadiah yang sering ngaji pada kelompok Salafy. Katakanlah namanya si A-A.

Awalnya dia berkata begini, “Pak Ustadz! Menurut anda apakah pesijuk itu dibolehkan dalam agama?” Saya berkata “Ya. Boleh”

Lalu disambungnya begini,” Agama siapa, Kita atau Hindu?”
Saya jawab, Agama Islam. Dia bertanya lagi: Apakah ada dalilnya?
Akhirnya kami pun berbicara masalah itu panjang lebar. Maka disini saya buat seperti tanya jawab agar para pembaca mudah memahaminya. Sebelumnya saya bertanya kepada A-A.

Saya : Menurut anda, apakah tepung tawar ini budaya Hindu?
A-A : Ya. Makanya kami sangat melarang hal tersebut karena sangat menyerupai
           amalan mereka. Bukan itu saja, amalan tersebut juga dilakukan dukun.
            Saya: Apakah boleh meruqiyah dengan menggunakan air?
A-A: Ya, boleh (katanya).
Saya: Bukankah air juga digunakan Hindu dan dukun,, mengapa kalian
          membolehkannya?

Perhatikan ini!!
HINDU DAN DUKUN MUSLIM
Menggunakan: Menggunakan:
* Air ~ Air
* Minyak wangi ~ Minyak wangi
* Bunga ~ Bunga
* Menyan ~ Menyan
Ternyata, dukun dan Hindu menggunakan air, kita juga sama. Hindu dan dukun menggunakan minyak wangi, kita juga sama.
Mengapa ketika anda mengunakan air dan minyak wangi, anda tidak samakan diri anda dengan Hindu dan dukun, Padahal anda dan dukun ada persamaannya?
Kenapa bunga dan menyan saja yang anda kritik? Apa yang membuat anda sangat benci dengan dua ciptaan Allah ini? Apakah anda lupa membaca ayat ini!!
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu “
Dalam ayat ini, semua ciptaan allah itu halal. Tidak ada yang milik dukun, mengapa anda membencinya??
Perhatikan lagi!!
Saya : Rasulullah ` melakukan hal tersebut ketika pernikahan putrinya Siti Fatimah s
           dengan Ali bin Abi Thalib a.
A-A : Apa yang dilakukan Rasululullah itu?
Saya : Beliau meminta Fatimah agar membawakan segelas air, lalu beliau meludahkan
           air itu dan beliau memercikkannya ke Fatimah dsb. Bukan hanya kepada
           putrinya tetapi juga kepada Ali menantunya itu.
A-A : Dalam riwayat itu Rasulullah ` memercikan air dengan tangannya, Nah mengapa
           orang sekarang dengan rerumputan?
Saya : Kalau dengan kuas, nanti membuat anda jadi kebingungan. Tolong dipahami,
           walaupun dengan tumbuh-tumbuhan, namun tetap dengan tangan juga bukan
           dengan kaki. Dimana salahnya, tolong tunjukkan?
A-A : Tidak mencontoh Rasul.
Saya: Sunnahnya ada apa tidak?
AA : Ada tapi bercampur dengan bid’ah.
Saya: Okey, Rasulullah shalat memakai jubah dan Syorban, orang sekarang shalat
           memakan baju puntung dan tidak berpeci. Apakah shalat yang seperti itu
           dibolehkan agama?
A_A : Ya.
Saya: Pernahkah Rasulullah shalat memakai baju puntung seperti orang sekarang itu?
A_A: Tidak.
Saya: Apakah orang yang shalat dengan memakai baju puntung itu dikatakan bid’ah?
A_A: Tidak.
Saya: Kenapa tidak? Bukankan telah bercampur antara Sunnah dengan bid’ah. Anda
           tidak setuju dengan tepung tawar karena telah bercampur dengan bid’ah yaitu:
           air dan dedaunan. Mengapa disini anda katakan tidak?
A-A: Menurut hukum fiqih tidak demikian.
Saya: Bukankah kita telah sepakat agar berbicara berdasarkan Quran dan Sunnah,
           mengapa anda berkata hukum fiqih. Kalau memakai hukum fiqih kita tidak
           berhujjah begini. Kan anda yang selalu menantang kami dengan menanyakan
           dalil dan sebagainya, mengapa anda mentok juga? Ketika kami menunjukan
           kitab anda bertanya hadits, ketika berhujjah begini anda berkata hukum fiqih,
           anda ini orang apa setan sih? !!!! . . . Baiklah . . .

Apakah dalam kelompok kalian ketika memestakan seseorang telah mengikuti Rasul?

Disini dia terdiam. Terlebih lebih ketika saya berkata: Kalau memang kalian sebagai ummat yang selalu mengikuti Sunnah Nabi, mengapa kalian tidak membuat seperti apa yang dilakukan Nabi ketika menikahkan putrinya itu? Dia tidak menjawab. Akhirnya dia mengalihkan pembicaraan, pertama dia berkata begini:

A-A : Kalau begitu berarti Islam dipermudah?
Saya : Anda kalau ingin bicara tolong pikirkan dahulu, Jangan asal bicara. Dalam
           surat Surat Al-Hajj ayat 78 berbunyi:
            “Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam Agama suatu kesempitan.”
           Dalam al-Baqarah ayat: 185
“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.”
Itulah sebabnya hadits dari jabir, bahwa Rasulullah ` bersabda:

اِنَّمَا بُعِثْتُ بِالْحَنِفِيَّةِ السَّمْحَةِ وَمَنْ خَلَفَ سُنَّتِى فَلَيْسَ مِنِّى

Hanya sanya aku diutus dengan agama yang lurus lagi penuh toleran. Dan barangsiapa yang membenci Sunnahku, maka bukanlah dari umatku.

Perhatikan!! Dari tadi saya bicara menggunakan dalil. Tapi sepertinya anda tidak menghiraukannya. Jawaban saya ini sunnah apa bukan? Kalau sunnah, kenapa tidak diakui. Dan kalau bukan, tunjukkan mana sunnahnya? Sekarang yang mengada-ada itu siapa, saya atau anda? Kalau anda tidak mengada-ada tunjukkan mana dalilnya? Kalau tidak ada dalilnya apakah bukan mengada-ada namanya?!!
Kalian telah mendahului Allah dalam menetapkan hukum. Sebab kalian telah mengharamkan tepung tawar itu. Apakah kalian lupa dengan ayat ini!!
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasulnya[1407] dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (Al-Hujurat ayat 1)”
[1407] Maksudnya orang-orang mukmin tidak boleh menetapkan sesuatu hukum,
            sebelum ada ketetapan dari Allah dan RasulNya.
A-A : Orang sekarang menabur bunga padahal Nabi memercikan air. Tentu tidak sama,
           dimana pembenarannya?
Saya : Baiklah. Sepertinya anda tuli terhadap apa yang saya jelaskan ini. Dengarkan baik-
           baik!! Disinilah perlunya pikir. Mungkin anda bertanya begini, orang-orang sekarang
           ketika membuat acara pesijuk atau tepung tawar, mereka memakai bunga, air dan
           dedaunan lalu dipercikkan kepada orang yang ditawari, nah itu kan Mubazir!
            Saya jawab begini, yang kita masalahkan ini apanya, Mubazirnyakah atau Syiriknya?
           Kalau mubazirnya, 0ke, kita bahas masalah Mubazir, dan jangan masalah Syiriknya.
          Anda memahamkan Mubazir itu apa?
A-A : Pemborosan.
Saya : Kalau boros, tolong sebutkan dimana borosnya? Lalu bandingkan dengan surat
           undangan yang begitu mahal harganya serta dikalikan sekian banyak jumlahnya, lalu
           berapa jadinya? Mana yang lebih boros antara surat undangan atau biaya tepung tawar
           itu?
Kalau tepung tawar dikatakan Mubazir tentu surat undanganpun Mubazir juga. Kalau tepung tawar dikatakan haram, tentu surat undanganpun dikatakan haram juga. Lalu mengapa orang kalian hanya mengharamkan tepung tawar saja, namun mendiamkan yang lainnya. Kalau kita bicarakan masalah ini bukan hanya mengenai itu saja, dan saya menganggap anda orang yang berakal, maka tidaklah perlu saya perpanjang lagi permasalahannya.
Kemudian saya lanjutkan beberapa pertanyaan yang masih berkaitan dengan itu;
Saya : A-A, menurut anda boleh apa tidak kita membuang buang air?
A-A : Tidak.
Saya : Ketika Rasulullah ` meludahi air dan memercikkannya kepada kedua mempelai, yaitu
           kepada Sayyidah Fathimah dan Sayyidina Ali menantunya. Apakah menurut anda itu
           Mubazir?
A-A : Tidak.
Saya : Bukankah Rasul telah membuang atau menyianyiakan air tersebut?
A-A : Tidaklah demikian.
Saya : Kenapa anda katakan tidak demikian?
A-A : Tentu ada manfaat yang kita tidak tahu.
Saya : Kalau demikian disini saya kasih tahu. Allah berfirman begini:

“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu (Al-Baqarah : 29)

Saya : Dalam ayat ini ada kata-kata “untuk kamu”, tahukah anda artinya itu apa?
A-A : Itu sebuah penyerahan.
Saya : Andaikan seseorang berkata, “ini pisang saya untuk kamu” apakah pisang tersebut
           boleh anda ambil?
A-A : Ya. Karena sudah menjadi hak saya.
Saya : Kapan anda memilikinya?
A-A : Setelah diserahkan dengan kata-kata “untuk kamu” tadi.
Saya : Baiklah. “Bunga bungaan” itu apakah Allah ciptakan untuk kita, dan sesuai dengan
           apa yang dikatakan dalam ayat ini?
A-A : Ya, tentu saja.
Saya : Apakah ada dalil yang melarang kita menggunakan bunga?
A-A : Tidak.
Saya : Apakah ada keterangan tentang penggunaan bunga hanya untuk satu hal saja, misalnya
           hanya ditanam di halaman saja, dan kalau kita gunakan untuk tepung tawar maka
           haram?
A-A : Tidak ada.
Saya : Lalu mengapa kalian melarangnya? Untuk apa bunga kalau tidak boleh digunakan
           seperti yang kami buat itu? Coba perhatikan lagi sejarah tadi, Rasulullah memercikan
           air ke Fatimah dan Ali. Bukankah air itu lebih baik diminum saja? Ini menunjukkan
           bolehnya kita menggunakan bunga tersebut. Misalkan anda yang kami buat begitu,
           apakah anda mau menerima bunga tersebut?
A-A : Hmm…Belum tahu?!
Saya : Kalau demikian bacalah hadits yang diriwayatkan dari Usman An-Nahdiy, berkata ia:
           telah bersabda Rasulullah ` :

اِذَا أُعْطِيَ أَحَدُكُمُ الرَّيْحَانَ فَلاَ يَرُدَّهُ فَإِنَّهُ خَرَجَ مِنَ الْجَنَّةِ.

Artinya: Apabila diberikan salah seorang kamu akan bunga yang harum, maka
               janganlah ditolaknya, karena dia itu keluar dari surga. (HR. At-Tirmidzi).

Perhatikan hadits dibawah ini:

عَنْ اَبِى ثَـعْلَبَةَ الْخُـشَنِيٍّ جُـرْثُـوْمِ بْنِ نَـاشِرٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ: اِنَّ اللهَ تَعَالَى فَرَضَ فَـرَائِض فَـلاَ تُضَـيِّعُوْهَا وَحَدَّ حُـدُوْدًا فَـلاَ تَعْتَـدُوْهاَ وَحَـرَّمَ اَشْـيَاءَ فَـلاَ تَنْـتَهِكُوْهاَ وَسَـكَتَ عَنْ اَشْـياَءَ رَحْـمَةً لَّـكُمْ غَـيْرِنِسْـيَانٍ فَلاَ تَـبْحَـثُوْاعَـنْهَا.(رواه طبرنى وغيره)
Artinya: dari Abu Tsa’labah Al Khusyaniy Jurtsum bi Nasir aberkata ia, berkata

Rasulullah “Sesungguhnya Allah telah memfardhukan segala yang fardhu,
maka jangan kalian sia-siakan, dan membatasi segala batasan maka jangan
kalian lewati, dan mengharamkan segala sesuatu maka jangan kalian
lakukan, dan yang didiamkannya segala sesuatu itu Rahmat untuk kalian,
bukanlah Allah lupa, maka janganlah kalian bahas-bahas lagi.
Saya : Bunga adalah sesuatu yang diciptakan untuk kita, baik digunakan untuk wangian
maupun untuk yang lainnya. Kalau penggunaan tersebut dilarang lalu bagaimana
dengan Ayat tadi?
A-A : Ada hadits yang mengatakan: “Siapa yang menyerupai suatu kaum maka dia
           bagiannya?”
Saya : Maksud hadits tersebut tidak tepat dengan apa yang kita bahas. Kalau setiap yang
           menyerupai satu kaum lalu dikatakan sama, itu gawat. Sangat gawat.
A-A : Dimana gawatnya?
Saya : Ketika guru anda memakai baju Jas, tentu sangat mirip dengan seorang pendeta. Lalu
           apakah anda menyamakannya??
A-A : Guru kami memakai Gamis.
Saya : Di Medan, pakaian gamis didominasi dipakai oleh Jamaah Tabligh, tapi guru anda
           yang Salafy itu, tidak mau juga disamakan dengan jamaah tersebut. Di Roma Italy,
           Paulus selalu memakai gamis (jubah), jika kami menyamakan guru anda dengannya
           tentu anda tidak terima bukan?
           Ketika seorang Yahudi memakai jubah dan makan seperti cara Sunnah Nabi, apakah
           anda me-Muslimkannya?
Ketika anda melihat seorang Muslim makan berdiri, apakah anda mengkafirkannya?
A-A : Ya tentu Tidak.
Saya : Kenapa anda tidak berani, padahal anda membaca haditsnya? Kalau anda belum
           faham jangan terlalu maju mengkritik orang lain. Anda harus paham dahulu. Dan anda
           jangan mau didokrin begitu saja.

Sebenarnya kami berbicara bukan hanya ini saja. Tapi hanya inilah yang dapat saya cantumkan dalam tulisan ini. Dan untuk masalah hadits “siapa yang menyerupai suatu kaum” itu lihatlah pada masalah SETIAP YANG SERUPA PASTI SAMA.

Adapun hadits mengenai pesijuk (tepung tawar) tersebut selain yang sudah kami sebutkan diatas, dapat juga dilihat dalam HR Imam Tabrani No 18454. Hadits yang begitu panjang. Dan dalam Majma’z Az Dzawa-id juz 9 halaman 205. Juga di jamiul hadits Syekh Jalaluddin Suyuthi, Mu’jam kabir Thabrani, Sawaqul Muhriqat halaman 231, cet hakikat kita bevi, karya Muhaadits Ibnu hajar Al Hitami, sedangkan tafaul tambahan dari pesijuk, yaitu memakai sedingin, jeruk purut, pulut, beras, padi dll yang ada manfaatnya, itu disebutkan dalam Tuhfatul Muhtaj, jil 6 Halaman 373 Hasyiah Qulyubi jilid 4 halaman 113. Ini juga sesuai dengan hadits yang diriwayatkan Abi Daud, Imam Nasai dan Abi Ya’ala yang tercantum dalam kitab Hisnul Husain karangan ‘Allamah Syamsyuddin Muhammad Jazuri halaman 78 terletak di cacatan pinggir kitab khazinatul Asrar yang arti hadits tersebut adalah:

“ Tatkala Nabi ` menikahkan Sayyidina Ali a dan Sayyidah Fatimah s, Rasulullah ` memasuki rumah, lalu beliau ` berkata pada Sayyidah Fatimah “Bawakan air untuk saya”, Sayyidah Fatimah beranjak mengambil mangkok yang terisi air, lalu Rasulullah ` memegang mangkok tersebut dan meludah kedalamnya kemudian beliau berujar “Menghadaplah!” Sayyidah Fatimah pun menghadap, lalu Rasululah ` memercikan air ke dada Sayyidah Fatimah dan kepalanya sembari berdo’a:

اَللَّهُمَّ إِنِّى أُعِيْذُهَا بِكَ وَذُرِّ يَّــــتَهَا مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ

“Ya Allah saya meminta perlindungan-Mu untuknya dan keturunannya dari Syetan yang terkutuk”
   kemudian Rasulullah ` berkata “Membelakanglah!” Sayyidah Fatimahpun membelakang,    
Rasulullah ` juga memercikkan air ke bahu Sayyidah Fatimah sambil berdoa “Ya Allah saya meminta perlindungan-Mu dengannya dan keturunannya dari Syetan yang terkutuk” dan isi hadits selanjutnya Rasulullah ` juga melakukan hal yang sama kapada Sayyidina Ali a ketika pernikahan mereka.

Doa yang dibacakan Nabi ini, sama dengan do’a Ibunya Siti Maryam ketika Maryam baru dilahirkan. Allah jelaskan pada surat Ali –Imran ayat 36:

Sesungguhnya aku telah menamai Dia Maryam dan aku mohon perlindungan untuknya serta anak-anak keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau daripada syaitan yang terkutuk."

Apakah makna percikan itu? Kalau tepung tawar dikatakan sia-sia, apakah percikan itu tidak?

Perlu dipahami adalah tudingan penyamaan yang seperti itu adalah fitnah kepada kaum Muslimin lainnya. Karena pengambilan makna hadits tersebut tidak tepat pada sasarannya.

Sebab Hindu dan Islam adalah 2 kelompok yang berbeda dalam keyakinan. Kecuali bila seorang Muslim datang ke acara orang Hindu yang sedang menabur bunga, lalu dia duduk bersama mereka, maka dikatakan ia telah “bertasyabbih” (sama) dengannya.

Kalaulah dikatakan orang yang melaksanakan tepung tawar sama dengan orang Hindu hanya karena kesalahan memahami sebuah hadits. Maka akan timbul 1000 Hindu lainnya, pemahaman salah ini perlu diluruskan, perhatikan keterangan dibawah ini:

Disebutkan dalam kitab Muslim juz 1 hal 459 dan Bukhari juz 1 hal 241. adalah:

Dari Ibnu Abbas, beliau berkata, bahwasanya Rasulullah ` ketika tiba di Madinah beliau dapati disana orang Yahudi puasa pada hari ‘Asyura. Maka Nabi ` bertanya kepada mereka:” Hai apakah yang kamu puasakan ini?” Jawab mereka:

”Ini hari besar, dimana Allah telah membebaskan Musa dan kaumnya dan telah mengkaramkan fir’aun dan kaumnya, maka Musa berpuasa pada hari semacam ini karena bersyukur kepada Allah dan kamipun mempuasakannya pula.”

Lalu Rasulullah ` berkata:”Kami lebih berhak dan lebih patut menghormati Musa dibanding kamu.”
Maka Nabi berpuasa pada hari ‘Asyura dan beliau menyuruh umat berpuasa pada hari itu. (HR. Bukhari Muslim).
Memang, puasa syura itu kata Nabi ` harus dibedakan dengan puasa yahudi dengan cara berpuasa dua hari, yaitu pada 9 dan 10 Muharram. Namun jangan salah, 10 muharram itu puasa yang Yahudi, pembedanya adalah 9 nya. Hal ini sama saja, seperti kita dengan Hindu. Tepung tawar dipakai Hindu, nah kita juga pakai itu, apa perbedaan kita dengan dia? Bedanya ada tiga yaitu:
• Pada niat.
• Pada pelaksanaannya.
• Dan pada bacaannya.
Hindu baca apa, kita baca apa, itulah bedanya. Jadi, memang ada penyerupaan tapi niat dan bacaan itulah membedakannya. Sama dengan puasa Asyura tadi, memang ada penyerupaan dengan yahudi, tapi 9 itulah yang membedakannya. Kalau tidak demikian maka terjadilah ribuan persamaan jadinya.

Perhatikan keterangan ini, Nabi bersama sahabat berpuasa sebagaimana puasanya orang yahudi. Kalaulah memahami hadits ini hanya melihat dari gambaran nyata saja, yaitu:

مَنْ تَشَــبَّهَ بِقَــــوْمٍ فَهُوَمِنْـــهُمْ
Siapa yang menyerupai suatu Qaum maka dia termasuk bagiannya.

Apakah tidak mungkin nantinya, akan menyamakan Sahabat Nabi dengan yahudi tersebut? Masya Allah!
Yahudi yang dimaksud bukan Muslim, dan Muslim bukan yahudi.
Yahudi kitabnya Taurat sedangkan Muslim kitabnya adalah Al-Quran.
Kalau karena ada persamaan lalu dikatakan sama, itu salah besar saudaraku, sebab Hindu dengan Muslim tidaklah sama. Coba perhatikan perbandingan berikut :
Muslim Landasannya lima Rukun islam.
Hindu Tidak.
Muslim Ada Shalat 5 waktu.
Hindu Tidak.
Muslim Qiblatnya ke Ka’bah.
Hindu Tidak.
Muslim Tuhannya Allah.
Hindu Tidak.
Disini sangat jelas sekali, perbedaan antara Muslim dengan Hindu.
• Maka samakah orang yang bertuhan dengan yang tidak bertuhan?
• Samakah orang Islam dengan yang tidak islam?
Kalau sama, untuk apa Rukun Islam itu? Kalau demikian bagaimanakah maksud hadits tersebut?
Maka pemahaman yang tepat adalah: Kalaulah ada orang yang berfaham tidak bolehnya tepung tawar untuk jamaah haji, tetapi dia juga berada ditempat itu, maka ia dikatakan telah sama dengan kelompok itu.

Kalau hukumnya haram, maka yang duduk itupun haram juga, walaupun tidak ikut menepung tawari. Kalau hukumnya boleh berarti yang duduk itupun boleh juga, artinya Nabi ` hanya menjelaskan hukum seseorang yang bergabung ditempat itu, bukan lainnya.
Jika seseorang berada ditempat maksiat berarti ia telah sama dengannya.
Begitulah maksud hadits tersebut. Perhatikanlah lafadh hadits tersebut kembali. Tentulah hal ini sangat sesuai dengan apa yang dikatakan Allah l dalam surat An-Nisa’ ayat 140:
Apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan, Maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. karena Sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka.
Dalam ayat ini Allah menyamakan seseorang jika seseorang itu, ikut duduk bersama mereka.
Perhatikan: kalau kamu berbuat demikian (duduk bersama mereka) tentulah kamu sama dengan mereka.

Pengertiannya adalah:
==================
مَنْ تَشَـــبَّهَ بِقَــــوْمٍ فَهُوَمِنْــــهُمْ
Siapa yang menyerupai suatu Qaum maka dia termasuk bagiannya.

Kalau setiap yang ada persamaannya dikatakan sama, maka setiap orang yang menggunakan kalender masehi harus di CAP sebagai pengikut yahudi doong!
Wallaa-Hu A’laam

3, UPACARA PESIJUK
=======================
Peusijuek (Antara Ada dan Terlupakan Pada Masyarakat Aceh)
Kekhasan adat Aceh terletak pada nafas Islam yang terkandung didalamnya dan senyawa dengan struktur dan kultur bangsa Indonesia dalam wadah Bhinneka Tunggal Ika. Banyak adat dan budaya menjadi hilang karena masyarakatnya tidak memeliharanya lagi, sebaliknya adat istiadat dan kebudayaan sesuatu masyarakat akan terus lestari dan berkembang ditengah-tengah kaum yang mencintainya. Ada gejala bahwa masyarakat Aceh kini sedang mengalami resesi budaya yang cenderung meninggalkan adat istiadat Aceh.

Sebagai bukti, mesjid yang bermotifkan Aceh dan rumah tradisional Aceh, pada saat ini di mana-mana sukar di cari, karena mesjid dan rumah tradisional tersebut diganti dengan arsitektur yang tidak lagi menyentuh nilai etika dan estetika Aceh. Kemungkinan besar timbulnya resesi budaya di daerah identik dengan semakin meningkatnya gaya hidup yang global sehingga banyak diantara anggota masyarakat yang tidak lagi memahami logika, etika dan estetika adat dan budaya Aceh. Lebih parah lagi, masyarakat Aceh pada saat ini sudah banyak yang melupakan adat budayanya, mereka tidak lagi memiliki dan memakai barang pusaka adat seperti rencong (senjata), busana adat, aksesoris dan perlengkapan bermotifkan Aceh bahkan sudah mengalami dekadensi (kemunduran) tatakarama.

Melihat gejala di atas, maka diperlukan adanya tekad bahwa adat Aceh yang sudah mulai dilupakan perlu ditumbuh kembangkan kembali adat dengan berbagai upaya dan langkah dalam kehidupan keseharian masyarakat, sehingga nilai yang dikandungnya, yang sejak dahulu telah mentradisi akan terpatri kembali dalam hati sanubari masyarakat.

Konsep Peusijuek Pada Masyarakat AcehPada masyarakat di Nanggroe Aceh Darussalam, adat istiadat telah memberikan tempat yang istimewa dalam perilaku sosial dan agama. Hal ini dibuktikan dengan ungkapan “Hukom ngon Adat Hanjeut cre Lagee zat Ngon Sifeut”. artinya adat dengan hukum syariat Islam tidak dapat dipisahkan (sudah menyatu) seperti zat dengan sifatnya. Diumpamakan seperti kuku dengan daging, sehingga kaidah Islam sudah merupakan bagian daripada adat.

Akan tetapi adat istiadat Aceh yang bernafaskan Islam sebelumnya banyak terdapat pengaruh Hindu. Hal ini terlukiskan pada zaman dahulu tatkala Aceh sebagai tempat persinggahan lalu lintas pelayaran internasional, dalam rangka hubungan perdagangan bahkan ada yang sampai menetap di Aceh.

Masuknya pengaruh Hindu ke dalam kebudayaan dan adat istadat Aceh, disebabkan karena pernah terjadi suatu hubungan yang luas antara Aceh dan India pada masa lampau. Sehingga ada beberapa kepercayaan dari masyarakat Aceh seperti peusijuek (tepung tawari), upacara boh gaca, (memberi inai), kanduri blang, (syukuran ke sawah), upacara peutron aneuk (turun anak) dan lain-lain dianggap bagian dari unsur budaya Hindu yang tidak pernah luntur dalam kehidupan masyarakat Aceh saat ini. Namun sejak masuknya Islam ke bumi Serambi Mekkah, upacara / kepercayaan tersebut telah disesuaikan dengan nuansa keIslaman. Segala sesuatu pekerjaan dimulai dengan bismillah dan doa selamat serta shalawat nabi.

Upacara Peusijuek disebut juga tepung tawari. Pada masyarakat Aceh upacara ini dianggap upacara tradisional simbolik dari permohonan keselamatan, ketentraman, kebahagiaan, perestuan dan saling memaafkan. Hampir sebahagian adat Aceh adanya prosesi upacara peusijuek. Seperti upacara perkawinan, sunat rasul, peusijuek meulangga (perselisihan), peusijuek pada bijeh (tanam padi), peusijuek tempat tinggai (rumah baru), peusijuek peudong rumoh (membangun rumah), peusijuek keurubeuen (hari raya kurban), aqiqah anak, peusijuek kenderaan (roda dua dan empat), peusijuek jak haji (naik haji), peusijuek puduk batee jeurat (pemasangan batu nisan bagi yang telah meninggal). Peusijuek Juga di lakukan tatkala adanya pergantian seorang pemimpin dari perangkat desa sampai gubernur bahkan setiap ada tamu kebesaran daerah juga adanya prosesi upacara peusijuek.

Biasanya dalam pelaksanaan upacara peusijuek dihadirkan seorang Tengku (ulama) atau atau orang yang dituakan (Majelis adat) sebagai pemimpin upacara. Hal ini dilakukan karena dianggap peusijuek yang dilakukan salah satu unsur tersebut memperoleh keberkatan dan setelah selesai upacara peusijuek adakalanya diiringi dengan doa bersama yang dipimpin oleh Tengku untuk mendapat berkah dan rahmat dari Allah SWT.

Macam-Macam Upacara Peusijuek
==========================
1. Peusijuk Meulangga
    Apabila terjadi perselisihan di antara penduduk, misalnya antara A dan B ataupun antara
    penduduk gampong (desa) A dengan penduduk gampong B serta perselisihan ini
    mengakibatkan keluar darah, maka setelah diadakan perdamaian dilakukan pula peusijuek.
    Peusijuek ini sering disebut dengan peusijuek meulangga. Pada upacara itu juga sering
    diberikan uang, yang disebut sayam (uang damai) yang jumlahnya menurut kesepakatan.
    Apabila perselisihan terjadi seperti tersebut di atas, tetapi tidak mengeluarkan darah,
    misalnya perkelahian, perdamaian dan upacara peusijuek dilakukan juga, tetapi tidak
    diberikan uang.
     Pada peusijuek Meulangga alat-alat yang dibutuhkan seperti dalong, bu leukat, teumpo / u
    mirah, breueh pade, on sisijeuk, on manoe, naleueng sambo (ketiga-tiga diikat menjadi
    satu), teupong taweue, glok / cuerana, sangee dan ija puteh. (jika mengeluarkan darah).
     Biasanya apabila mencapai kesepakatan damai antara kedua belah pihak, ikatan keluarga
    yang terjadi perselisihan akan menjadi kuat bahkan telah dianggap sebagai sanak saudara.

2. Peusijuek Pade Bijeh
     Acara peusijuek pade bijeh ini dilakukan oleh petani terhadap padi yang akan dijadikan
     benih (bibit) sebelum penyemaian di sawah. Tujuan daripada peusijuek ini mengandung
     harapan agar bibit yang akan ditanam mendapat rakhmat Allah SWT, subur dan berbuah
     banyak.Perangkat alat dan bahan yang digunakan dalam upacara peusijuek ini adalah : on gaca,
     bak pineung, on kunyet, on nilam, on birah, naleueng sambo, sira, saka, boh kuyuen dan
     minyeuk ata. Peranannya adalah sebagai berikut :
* On gaca (daun pacar), sifatnya tahan panas dan tahan dari segala penyakit, sedangkan
    maknanya adalah agar benih padi yang akan ditanami kuat dan tahan dari segala gangguan
    hama, seperti halnya daun pacara tersebut.
* Bak pineueng (phon pinang), sifat asalnya tumbuh tegak dan kuat. Maknanya ialah agar
    benih padi tersebut akan tumbuh tegak dan kuat seperti halnya pohon pinang.
* On kunyet (daun kunyit), sifat asalnya tahan dari penyakit. Warnanya kuning dan buahnya
    bersih, maknanya ialah agar benih padi tersebut tahan dari segala serangan penyakit dan
    tumbuh subur seperti kunyit.
* On nilam (daun nilam), sifat asalnya apabila dibuat minyaknya harum sehingga orang
   banyak yang senang. Maknanya ialah agar padi tersebut memiliki bentuk daun nilam, buah
   padinya tumbuh subur.
* On birah (daun keladi), daunnya yang berwarna hijau dan tahan hujan, maknanya agar
   benih padi yang akan ditanam menjadi seperti daun keladi tersebut dan tahan dari gangguan
   hama.
* On naleueng sambo (daun rumput panjang), sifatnya kokoh dan teguh, akarnya kuat,
   sehingga tahan dari segala penyakit. Maknanya agar benih padi tersebut memiliki daya
   tahan dari gangguan serangan penyakit.
* Sira (garam). Sifat sira adalah asin dan dapat menghancurkan bibit penyakit. Maknanya
   adalah agar benih padi yang disemai memiliki sifat seperti garam, yaitu dapat
   menghancurkan penyakit yang hinggap pada padi, sehingga tumbuh dengan subur.
*Saka (gula). Sifat saka adalah manis. Maknanya adalah agar padi yang akan disemai dapat
   memberikan manfaat bagi orang yang menyemainya.
*Boh kuyuen (jeruk nipis) ; minyeuk ata (minyak wangi) dicampurkan dengan air putih
   sehingga menjadi harum. Maknanya ialah benih padi itu diibaratkan sebagai bayi yang baru
   lahir, memerlukan wangi-wangian. Orang-orang yang menciumnya akan merasa senang
   dan segar. Demikian juga halnya dengan benih padi yang diperlakukan seperti bayi, supaya
   tumbuh subur dan banyak orang yang senang melihatnya.
* Asap keumeunyan (kemenyan), dibakar ketika padi menjelang direndam. Maknanya adalah
   agar padi dapat hidup dengan leluasa dan sempurna serta cepat berbuah.

3. Peusijuk Tempat Tinggai
    Setiap orang yang mendiami rumah baru, kebiasaannya dilakukan upacara peusijuek.
    Pelaksanaannya oleh beberapa orang terdiri dari tiga, lima orang dan seterusnya dalam
    jumlah ganjil. Upacara ini dimaksudkan untuk mengambil berkah agar yang tinggal di
    tempat ini mendapat ridha Allah mudah rezeki dan selalu dalam keadaan sehat wal'afiat.
    Pada upacara ini alat-alat yang digunakan adalah ; dalong, bu leukat, tumpo / u mirah,
    breueh pade, on sisijuek, on manek manoe, naleueng sambo (ketiga yang terakhir di ikat
    menjadi satu), glok dan sangee.

4. Peusijuk Peudong Rumoh
    Rumah adalah salah satu kebutuhan pokok manusia. Oleh karena itu, kegiatan membangun
    rumah selalu dipilih pada hari baik. Demikian juga dalam memilih bahan-bahan rumah
    yang dianggap baik. Selanjutnya, membangun rumah atau sering disebut peudong rumoh
    diawali dengan upacara peusijuek. Yang di peusijuek biasanya adalah tameh (tiang) raja,
    dan tameh putroe serta tukang yang mengerjakannya (utoh) agar ia diberkati oleh Allah
    SWT. Adapun bahan-bahan yang diperlukan untuk upacara peusijuek ini adalah : dalong,
    bu leukat, breueh pade, teupong taweue, on sisijuek, on manek manoe, naleueng sambo, ija
    puteh dan ija mirah, glok dan sangge.

5. Peusijuk Keurubeuen Bagi orang Islam yang mampu, sering memberikan kurban pada
    hari raya sesuai dengan hukum agama. Seekor hewan kecil (kambing atau domba) cukup
    untuk korban bagi seorang, sedangkan tujuh orang secara bersama-sama memberi korban
    seekor hewan besar (sapi). Perangkat yang digunakan dalam upacara peusijuek ini adalah
    sebagai berikut : dalong, boh manok meuntah, teupong taweue, breueh pade, on sisijuek,
    on manek manoe, naleueng sambo, minyeuk ata, suereuma, baja, ceureuemen, sugot, sikin
    cuko, gincu (lipstik), boh kayee (buah-buahan), tirai peunahan matahari, dan ija puteh
    (kain putih). Semua bahan, termasuk alat-alat adalah untuk merapikan tubuh domba oleh
    penyembelih (jagal) dipakai menurut kegunaannya masing-masing.

    Menurut keyakinan masyarakat Aceh, bahan-bahan tambahan yang dipersiapkan untuk
    peusijuek tersebut seperti minyeuk ata, suereuma, baja, ceureuemen, sugot, sikin cuko,
    gincu, boh kayee, tirai peunahan matahari, dan ija puteh. Mempunyai makna dan fungsi di
    hari akhirat kelak. Di mana hewan yang diperuntukkan untuk korban tadi nantinya akan
    menjadi kenderaan di hari akhirat kelak dan fungsi dari bahan-bahan tersebut sebagai
    hiasan kenderaan.

6. Peusijuk Kendaraan Apabila seorang yang baru memiliki kendaraan ataupun angkutan
    lainnya, maka diadakan peusijuek. Hal ini dimaksudkan supaya kendaraan yang dipakai
    akan terhindar dari kecelakaan. Yang melaksanakannya satu orang atau pun tiga orang.

Perlengkapan Upacara Peusijuek
============================
Adapun perlengkapan pada acara Peusijuek sebagai berikut :
1. Dalong
     Pada masyarakat Aceh, dalong mengandung makna bahwa mempelai yang dilepaskan akan
     tetap masih bersatu dalam lingkungan keluarga yang ditinggalkannya. Karena dalong
     merupakan satu wadah yang diisi dengan bermacam-macam alat peusijuek sehingga
     dianggap memiliki kebersamaan yang kuat yang tidak dapat dipisahkan.
2. Bu Leukat Warnanya kuning ataupun putih. Makna dari ketan ini adalah mengandung zat
     perekat, sehingga jiwa raga yang di peusijuek tetap berada dalam lingkungan keluarga atau
     kelompok masyarakatnya. Warna kuning dari ketan merupakan lambang kejayaan dan
     kemakmuran, sedangkan warna putih melambangkan suci dan bersih. Maksudnya supaya
     yang di peusijuek dapat memberi manfaat yang lebih baik bagi orang lain dan yang di
     peusijuek dalam ketentraman menuju jalan yang benar.
3. U mirah Makna dari U mirah adalah sebagai pelengkap dalam kehidupan dan memberikan
     perpaduan yang manis.
4. Breueh pade maknanya adalah sifat padi itu semakin berisi makin merunduk, maka
     diharapkan bagi yang di peusijuek supaya tidak sombong bila mendapat keberhasilan dan
     peranan beras ialah sebagai makanan pokok masyarakat.
5. Teupong Taweue ngon ie. Makna dari pada teupong taweue dan air adalah untuk
     mendinginkan dan membersihkan yang di peusijuek supaya tidak akan terjadi hal-hal yang
     di larang oleh agama melainkan mengikuti apa yang telah ditunjukkan yang benar oleh
     agama.
6. On sisikuek, manek manoe dan naleueng sambo
     Ketiga jenis perangkat ini di ikat dengan kokoh menjadi satu, yang peranannya sebagai alat
     untuk memercikkan air tepung tawar. Makna tali pengikat dari semua perangkat tersebut
     untuk mempersatukan yang di peusijuek sehingga dapat bersahabat dengan siapapun dan
     selalu terjalin hubungan yang harmonis dan terbina. Sedangkan dari masing-masing
     perangkat dedaunan merupakan obat penawar dalam menjalankan bahtera kehidupan
     seperti mengambil keputusan dengan bermusyawarah dan berkepala dingin, bertanggung
     jawab dengan sepenuhnya dan dapat menjalin hubungan yang erat dengan siapapun.
7. Glok
     Peranannya sebagai tempat mengisikan tepung tawar yang sudah dicampur dengan air dan
     yang satu lagi digunakan sebagai tempat mengisi beras dan padi. Maknanya adalah jika
     yang di peusijuek tersebut melakukan aktivitas sebaiknya hasil yang didapatkan disimpan
     dengan sebaik-baiknya.
8. Sangee
      Berperan untuk menutup perlengkapan alat-alat tepung tawar. Maknanya untuk mengharap
      perlindungan supaya yang di peusijuek mendapat lindungan dari Allah SWT.

Peusijuek Saat Ini :
===============
Pasca gempa dan tsunami banyak adat Aceh yang terlupakan, budaya luar begitu cepat merambat ke pelosok desa. Hal ini terlihat jelas dari pergaulan kehidupan sehari-hari masyarakat. Belum lagi dengan kehidupan kota yang memang sudah memudar akan pelaksanan adat. Namun pada saat ini di Nanggroe Aceh Darussalam, adat istiadat dalam bentuk upacara Peusijuek tetap masih terlihat jelas dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Meskipun ada beberapa pelaksanaan peusijuek yang sudah tidak dipakai lagi khususnya pada masyarakat perkotaan. Seperti di kota peusijuek meulangga (perselisihan) sudah tidak ada lagi karena semua urusan perselisihan akan diselesaikan oleh aparatur hukum lain dengan peusijuek pade bijeh (tanam padi) di mana kota sudah tidak ada lagi lahan untuk menanam padi. Lain lagi dengan peusijuek peudong rumoh (membangun rumah) salah satu yang terlupakan, mengingat Aceh dilanda gempa dan tsunami sehingga setiap pembangunan rumah bantuan tidak ada lagi prosesi upacara peusijuek.

Dan yang terakhir peusijuek keurubeuen di mana adanya penerapan sistem kurban yang pelaksanaan, penyembelihan dan pembagian daging diserahkan pada panitia dan kadang-kadang pemilih tidak hadir pada saat itu sehingga adat upacara peusijuek ditinggalkan.

Penutup
========
Dari uraian singkat di atas ini tidaklah dimaksud untuk menjelaskan seluruh segi adat dan budaya masyarakat Aceh akan tetapi hanya memberikan gambaran mengenai salah satu bentuk pengwujudan adat yang masih dipraktekan oleh masyarakat Aceh sampai saat ini.

Dalam menghadapi zaman globalisasi saat ini, budaya dan adat masyarakat Aceh juga mengalami perubahan dan pergeseran makna yang sesuai dengan kondisi zaman. Oleh karena itu muncul pertanyaan, perlu tidaknya mempertahankan budaya keAcehan akan nilai-nilai Islami yang selama ini dianut oleh masyarakat Aceh?

Jawabnya tentu sangat perlu, meskipun makhluk manusia berubah sesuai dengan zamannya. Karena merupakan identitas masyarakat Indonesia yang kaya dengan keberagaman

http://www.pintoaceh.com/hb/hb43/piet_hb43_peusijeuk.rar
http://gerbangaceh.blogspot.com/2007/12/peusijuek-antara-ada-dan-terlupakan.html





1 komentar:

  1. Assalamualaikumwarahmatullah.
    Harapan saya membaca artikel "HUKUM PEUSIJUK" adalah Untuk mengetahui peusijuk itu termasuk pekerjaan Sunnah atau wajib?
    Seandainya suatu hari nanti saya mengadakan suatu acara dan saya TIDAK memakai ritual peusijuk (tanpa alasan).
    Bagaimana Pendapat Ustad?

    BalasHapus

Komentar FB :