Pages


Minggu, 23 Juni 2013

“MALAM NISFU SYA’KBAN “



  Oleh : SULAIMAN.A.GANI.
===========================
Alhamdulillah, Lon pujoe Tuhan
Lam Nisfu Sya’kban, Kisah lon Rampoe
Rayoek Faedah, meusoe seumbahyang
Neubri le Tuhan, akan  geutanyoe

Seulawuet Saleum, akan akan janjongan
Pang Ule Alam, Nabi Geutanyoe
Nabi Muhammad , Rasul  pilihan
Nabi Khataman, Troek  uroe  dudoe

Samboet saleum lon, keu bandum rakan
Inoeng  ngoen Agam, bandum sinaroe
Saboeh Mustika, Hajat lon karang
Keu Nisfu Sya’kban, uloen hareutoe

Uroe  keupuet  blah, lam buluen Sya’kban
Nisfu  Geupeunan, oh malam  uroe
Meule  that leubeh, neubri le Tuhan
Nibak malamnyan, Tuhan Peusampoe

Meusoe tem pubuet, akan  amalan
Balsan Tuhan, Meuribee  katoe
Neugantoe  Buku, Nibak  Malamnyan
Buka lembaran, neutuleh  Asoe

Miseu lon peugah, keu Nabi  Adam
Dosa ngoen Tuhan, Peutroen u Bumoe
Pajoeh boeh Kuldi, larangan  Tuhan
Hawa ngoen Adam, Indatu Geutanyoe

Siploeh boeh Beunda, Peutroen le Tuhan
Sigoe ngoen Adam, keunoe u Bumoe
Nyan salah saboeh, bahle lon peutrang
Nyan  Batee Hitam, Di Meukah  jinoe

Hajarul Aswad , meugantueng  keudroe
Kon deungoen taloe, Tuhan Karonya
Astaufirullah, lidah  meucawoe
Karoeh lon muproe, hoe  laen haba

Keu Nabi Adam, Indatu Geutanyoe
Kisah tapuwoe, Adam ngoen Hawa
Bak Nisfu Sya’kban, di malam  uroe
Meulake bak po , neu Ampon Dosa

Dosa Neu Ampoen, le Tuhan sidroe
Nibak malamnyoe, Hana  meuhingga
Hawa ngoen Adam, neukabul le Po
Nibak malamnyoe, neu Ampon Dosa

Umat Muhammad, pih meunan bagoe
Meusoe malamnyoe, Jitem  meudoa
Dosa neu Ampon, Awai ngoen Dudoe
Le Tuhan Sidroe, Neukabul  Doa
( Tgk Diyueb Bruek , 23/06/2013 )
Anjuran shalat tasbih ini sebagaimana yang disabdakan oleh Baginda Rasulullah SAW dalam sebuah hadist dari Ibnu ‘Abbas:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ الله ُعَنْهُ: أَنََّ رَسُوْلُ اللهِ صَلََّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلََّمَ قَالَ لِلْعَبَّاسِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَلِّبْ: يَا عَبَّاسُ يَا عَمَّاهْ !! أَلاَ أُعْطِيْكَ؟ أَلاَ أُمْنِحُكَ؟ أَلاَ أُحِبُّكَ؟ أَلاَ أَفْعَلُ بِكَ عَشَرَ خِصَالٍ, إِذَا أَنْتَ فَعَلْتَ ذَلِكَ غَفَرَ اللهُ لَكَ ذَنْبِكَ أَوَّلَهُ وَآخِرَهُ, قَدِيْمَهُ وَحَدِيْثَهُ, خَطْأَهُ وَعَمْدَهُ, صَغِيْرَهُ وَكَبِيْرَهُ, سِرَّهُ وَعَلاَنِيَّتَهُ. عَشَرَ خِصَالٍ, أَنْ تُصَلِّيْ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ تَقْرَأُ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ فَاتِحَةَ الْكِتَابِ وَسُوْرَةً, فَإِذَا فَرَغْتَ مِنَ الْقِرَاءَةِ فِي أَوَّلِ رَكْعَةٍ, وَأَنْتَ قَائِمٌ قُلْتَ سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاََّّ اللهِ وَالله ُأَكْبَرُ خَمْسَ عَشْرَةَ مَرَّةً, ثُمَّ تَرْكَعُ فَتَقُوْلُهَا وَأَنْتَ رَاكِعٌ عَشْرًا, ثُمَّ تَرْفَعُ رَأْسَكَ مِنَ الرُّكُوْعِ فَتَقُوْلُهَا عَشْرًا, ثُمَّ تَهْوِيْ سَاجِدًا فَتَقُوْلُهَا وَأَنْتَ سَاجِدٌ عَشْرًا, ثُمَّ تَرْفَعُ رَأْسَكَ مِنَ السُّجُوْدِ فَتَقُوْلُهَا عَشْرًا, ثُمَّ تَسْجُدُ فَتَقُوْلُهَا عَشْرًا, ثُمَّ تَرْفَعُ رَأْسَكَ فَتَقُوْلُهَا عَشْرًا, فَذَلِكَ خَمْسٌ وَسَبْعُوْنَ فِي كُلِّ رَكْعَةٍ تَفْعَلُ ذَلِكَ فِي أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ, إِذَا اسْتَطَعْتَ أَنْ تُصَلِّيْهَا فِي كُلِّ يَوْمٍ مَرَّةً فَافْعَلْ, فَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَفِيْ كُلِّ جُمْعَةٍ مَرَّةً, فَإِنْ لََمْ تَفْعَلْ فَفِي كُلِّ شَهْرٍ مَرَّةً, فَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَفِي كُلِّ سَنَةِ مَرَّةً, فَإِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَفِي عُمْرِكَ مَرَّةً.

Artinya:
“Dari Ibnu ‘Abbâs, bahwasanya Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada ‘Abbâs bin ‘Abdul Muththalib, ‘Wahai ‘Abbas, wahai pamanku, maukah kamu apabila aku beri? Bolehkah sekiranya aku beri petunjuk padamu? Tidakkah kau mau? saya akan tunjukkan suatu perbuatan yang mengandung 10 keutamaan, yang jika kamu melakukannya maka diampuni dosamu, yaitu dari awalnya hingga akhirnya, yang lama maupun yang baru, yang tidak disengaja maupun yang disengaja, yang kecil maupun yang besar, yang tersembunyi maupun yang nampak.
Semuanya 10 macam. Kamu shalat 4 rakaat. Setiap rakaat kamu membaca Al-Fatihah dan satu surah. Jika telah selesai, maka bacalah Subhanallâhi wal hamdulillâhi wa lâ ilâha illallâh wallahu akbar sebelum ruku’ sebanyak 15 kali, kemudian kamu ruku’ lalu bacalah kalimat itu di dalamnya sebanyak 10 kali, kemudian bangun dari ruku’ (I’tidal) baca lagi sebanyak 10 kali, kemudian sujud baca lagi sebanyak 10 kali, kemudian bangun dari sujud baca lagi sebanyak 10 kali, kemudian sujud lagi dan baca lagi sebanyak 10 kali, kemudian bangun dari sujud sebelum berdiri baca lagi sebanyak 10 kali, maka semuanya sebanyak 75 kali setiap rakaat. Lakukan yang demikian itu dalam empat rakaat. Lakukanlah setiap hari, kalau tidak mampu lakukan setiap pekan, kalau tidak mampu setiap bulan, kalau tidak mampu setiap tahun dan jika tidak mampu maka lakukanlah sekali dalam seumur hidupmu."(HR. Abu Daud no. 1297)

Diriwayatkan oleh Abu Musa Al-Asy’ari RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah pada malam nishfu Sya’ban mengawasi seluruh mahluk-Nya dan mengampuni semuanya kecuali orang musyrik atau orang yang bermusuhan.” (HR Ibnu Majah)

Keutamaan malam Nisfu Sya’ban diterangkan secara jelas dalam kitab Ihya’ Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali :
Imam Ghazali mengistilahkan malam Nisfu Sya’ban sebagai malam yang penuh dengan syafaat (pertolongan). Menurut al-Ghazali, pada malam ke-13 bulan Sya’ban Allah SWT memberikan seperti tiga syafaat kepada hambanya. Sedangkan pada malam ke-14, seluruh syafaat itu diberikan secara penuh.

Dengan demikian, pada malam ke-15, umat Islam dapat memiliki banyak sekali kebaikan sebagai penutup catatan amalnya selama satu tahun. Karena pada malam ke-15 bulan Sya’ban inilah, catatan perbuatan manusia penghuni bumi akan dinaikkan ke hadapan Allah SWT.

Para ulama menyatakan bahwa Nisfu Sya’ban juga dinamakan sebagai malam pengampunan atau malam maghfirah, karena pada malam itu Allah SWT menurunkan pengampunan kepada seluruh penduduk bumi, terutama kepada hamba-Nya yang saleh.

Tentang keutamaan malam Nisfu Sya’ban ini, dimana kita dianjurkan untuk melakukan ibadah terutama untuk memohon ampun, memohon rezeki dan umur yang bermanfaat.

Petunjuk menghidupkan Malam Nisfu Sya’ban menurut sebagian Ulama, yaitu antara lain:

1. Shalat fardhu Maghrib
2. Membaca Surah Yassin 3 kali (niat 1 : memohon ampun segala dausa, 2. memohon mudah rezeki dan 3. umur yang bermanfaat)
3. Membaca doa Nifsu Sya’ban ( Na dalam Majmu’ Syarif )
4. Menghidupkan malam Nisfu Sya’ban dengan memperbanyak dzikir, shalawat, doa dan istighfar.
Tambahan 5 : disebagian daerah, ada yang melakukan Shalat Sunat Tasbih berjamaah setelah Shalat ‘Isya

Adapun apa yang sering dilakukan oleh sebagian ‘Ulama Salaf, yaitu Shalat Malam Nisfu Sya’ban sebanyak 100 rakaat, Hadistnya oleh sebagian ahli hadist dianggap sahih, namun sebagian menganggap dhaif. Namun demikian dalam urusan shalat sunnah, kata Nabi SAW, boleh kita tambahi jumlahnya dan boleh kita kurangi sesuai kemampuan kita.
WALLAHU A’LAM BISH SHAWAB —



Sejarah Bulan Syaaban Dan Amalannya
==================================
لسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Selamat bertemu kembali.. kali ini ana paparkan pula sejarah dan amalan yang terdapat di dalam bulan Syaaban yang mulia ini.

Bulan Syaaban berkedudukan kelapan dalam tahun Hijrah dan merupakan bulan kedua selepas Rejab yang penuh dengan keberkatan dan kemulaan. Syaaban berasal daripada perkataan ‘sya’ba’ yang bermaksud berpecah dan menyimpang.

Nabi Muhammad SAW bersabda: “Dinamakan Syaaban (berserak-serak) kerana padanya terdapat amat banyak kebajikan yang berserak-serak dan puasa yang lebih afdal sesudah Ramadan ialah puasa bulan Syaaban.”

Syaaban juga membawa maksud ‘bulan pemisah’ kerana ia memisahkan antara bulan Rejab dan Ramadan. Jika Rejab dianggap sebagai bulan ujian dan Ramadan sebagai bulan latihan, maka Syaaban yang mulia ini adalah sebagai bulan persediaan dan persiapan melakukan kebaikan sebanyak mungkin termasuk memerangi nafsu.

Di samping memohon doa, digalakkan juga untuk bertaubat dan memohon keampunan di atas keterlanjuran di sepanjang bulan ini. Sabda Nabi SAW: “Sya’aban adalah bulanku dan Ramadhan adalah bulan umatku. Syaaban ialah mengkifaratkan (menghapuskan) dosa dan Ramadhan ialah menyucikan dosa (jasmani dan rohani).”

Sambutlah kedatangan Syaaban dengan keinsafan dan kesedaran serta peringatan bahawa perjuangan sebagai seorang insan masih belum berakhir. Perbanyakkan amal soleh, berpuasa dan solat sunat serta menolong meringankan penderitaan fakir dan miskin serta anak-anak yatim.
prieristiwa Penting Di Bulan Syaaban

Antara peristiwa penting di dalam bulan Syaaban adalah;

1) Malam Nisfu Syaaban

Dari Abi Hurairah ra dari Nabi Muhammad SAW bersabda: “Telah datang Jibril a.s pada malam Nisfu Syaaban dan dia berkata , Ya Muhammad,pada malam ini pintu-pintu langit dan pintu-pintu rahmat dibuka, maka berdirilah dan kerjakan sembahyang lalu angkatlah kepalamu dan kedua tanganmu ke langit !” Kata saya (Nabi Muhammad): “Hai Jibril, apakah erti malam ini ?” Dia (Jibril) menjawab: “Pada malam ini telah dibuka 300 pintu rahmat, maka Allah telah mengampuni orang-orang yang tidak mensyirikkan Allah dengan sesuatu kecuali ahli sihir, bomoh hitam, orang-orang yang suka permusuhan / pergaduhan, peminum arak, orang-orang yang berbuat zina, pemakan riba, orang-orang yang derhaka kepada kedua orang tua, orang-orang yang suka mengadu domba (batu api) dan orang-orang yang memutuskan tali persaudaraan, maka sesungguhnya mereka itu tidak akan diampuni kesalahannya sehingga mereka mahu bertaubat dan tidak akan mengulang lagi atas perbuatannya itu.”

Maka pergilah Nabi Muhammad SAW mengerjakan solat serta menangis di dalam sujudnya sambil membaca : “Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari seksaMu dan murka Mu dan aku tidak menghitung-hitung pujian kepadaMu, sebagaimana Engkau memuji kepadaMu sendiri, maka segala puji bagiMu sehingga Engkau redha.” (Dipetik dari Kitab Zubdatul Wa’idzin.)

2) Pertukaran Arah Kiblat

Selepas sampai ke Madinah al-Munawarah, Rasulullah SAW dan para sahabat bersolat berkiblatkan Baitulmaqdis selama lebih kurang enam belas atau tujuh belas bulan.

Pada 15 Syaaban tahun kedua Hijrah ketika Rasulullah SAW dan jemaahnya sedang bersolat Asar di dalam Masjid Quba’, berlaku peristiwa penting kepada Rasulullah SAW dan Muslimin iaitu peristiwa pertukaran arah kiblat dari mengadap Masjidil al-Aqsa di Baitulmuqadis (Bait al-Maqdis) ke arah Masjidil Haram (Baitullah Kaabah) di Makkah al-Mukaramah. Masjid tersebut kini dikenali juga sebagai Masjid Qiblatain (masjid dua kiblat).

Pertukaran kiblat menjadi isu besar di Madinah. Orang Yahudi mengambil kesempatan menabur fitnah memperlekehkan dakwah Rasulullah SAW. Lalu diturunkan ayat 142 Surah al-Baqarah: “Akan berkata orang-orang yang kurang akalnya: ”Apakah yang memalingkan mereka (umat Islam) dari kiblat mereka (Baitulmaqdis) yang dahulunya mereka telah berkiblat kepadanya. Katakanlah: ”Kepunyaan Allah timur dan barat, dia memberi petunjuk kepada sesiapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus.”

Peristiwa ini berlaku pada pada bulan Syaaban. Kebenaran daripada Allah SWT untuk kembali berkiblatkan Kaabah adalah contoh doa Rasulullah SAW yang dikabulkan oleh Allah SWT. Ini kerana Rasulullah SAW sudah lama mengangkat tangannya berdoa dan memandang ke langit meminta pertukaran kiblat ke Kaabah. Permintaan Rasulullah SAW tersebut telah diperkenankan oleh Allah swt pada bulan Syaaban.

Firman Allah SWT: “Kerap kali kami melihat engkau (wahai Muhammad) berulang kali menadah ke langit, maka kami benarkan engkau berpaling mengadap kiblat yang engkau sukai, oleh itu palingkan muka ke arah Masjidil Haram (tempat letaknya Kaabah) dan di mana saja kamu berada, maka hadaplah mukamu ke arahnya. Sesungghunya orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberikan kitab, mereka mengetahui bahawa perkara (berkiblat ke Kaabah) itu adalah perintah yang benar daripada tuhan mereka dan Allah tidak sekali-kali lali akan apa yang mereka lakukan.”

Keutamaan Syaaban
Kelebihan Syaaban berbanding bulan lain ialah seperti kelebihan Rasulullah SAW terhadap semua nabi, manakala keutamaan bulan Ramadan berbanding dengan semua bulan adalah seperti keutamaan Allah SWT kepada hamba-Nya.

Baginda SAW menyatakan bahawa bulan Syaaban sebagai bulan baginda, di mana baginda banyak melakukan amal ibadah. Umatnya sepatutnya turut mencontohi baginda memperbanyak melakukan amal.

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Umamah, Baginda SAW bersabda: “Sucikan diri kamu dalam Syaaban dan elokkan niat kamu untuknya. Sesungguhnya kelebihan Syaaban daripada bulan lain seperti kelebihanku daripada kamu.”

Sabda Rasulullah SAW lagi: “Sesiapa yang mengagungkan Syaaban dan bertakwa kepada Allah serta melakukan ketaatan kepada-Nya dan menahan diri daripada berbuat maksiat, maka Allah Taala akan mengampunkan dosanya dan menyelamatkannya di dalam tahun itu daripada segala macam bencana dan penyakit.” (Dipetik dari kitab Zubdatul Wa’izhin)

Kemuliaan Syaaban memberi rahmat, pengampunan dan ganjaran pahala berganda kepada sesiapa yang benar-benar menghidupkannya:
Syaaban mempunyai kelebihan sebagai bulan untuk beramal ibadat. Setiap amal kebajikan akan Allah gandakan sebanyak 700 kali ganda.
Syaaban mengandungi keutamaan dan kebaikan yang banyak. Allah akan menurunkan Rahmat-Nya dan memberikan pengampunan kepada hamba-Nya.
Allah memberkati jika melaksanakan amal soleh atau ibadat dengan penuh kesungguhan serta keikhlasan.
Sesiapa yang berpuasa 3 hari di awal, pertengahan dan akhir Syaaban, maka Allah kurniakan pahala 70 orang nabi, pahala beribadat selama 70 tahun dan jika meninggal pada tahun itu maka ia akan mendapat pahala mati syahid.
Sesiapa yang bangun menghidupkan malam nisfu Syaaban dengan banyak bersolat sunat, berdoa, berzikir, berselawat, bertasbih, dan membaca al-Quran, maka Allah akan bukakan 300 pintu rahmat disamping doanya tidak akan ditolak.

Siti Aisyah r.a. berkata: “Bulan yang lebih dikasihi oleh Rasululah SAW ialah bulan Syaaban.”

Amalan-Amalan Sunat Bulan Syaaban

Di antara amalan-amalan yang digalakkan dalam bulan Syaaban adalah memperbanakkan:

1. Puasa sunat.

Syaaban adalah antara bulan yang paling dicintai oleh Rasulullah SAW dimana baginda lebih banyak berpuasa di dalamnya.

Daripada Abi Salamah daripada Sayyidatina Aisyah r.a katanya: “Rasulullah SAW sering berpuasa sehingga kita mengatakan dia tidak berbuka (puasa berterusan ) dan Baginda SAW berbuka sehingga kami berkata dia tidak berpuasa (berbuka terus). Dan aku tidak pernah melihat Rassulullah SAW menyempurnakan puasa sebulan penuh melainkan pada bulan Ramadhan dan aku tidak pernah melihat Baginda SAW lebih banyak berpuasa melainkan pada bulan Sya’ban.” (Hadis riwayat Imam Bukhari r.a. dan Imam Muslim r.a.)

Usamah bin Zaid bertanya kepada Nabi SAW mengapa baginda banyak berpuasa dalam Bulan Syaaban, maka Baginda SAW pun menjawab: “Syaaban berada di antara bulan Rejab dan Ramadan, manusia sering lalai mengenainya. Ia merupakan bulan yang diangkat segala amalan (dan dilaporkan) kepada Tuhan Rabbil Alamin (Tuhan Seluruh Alam) dan aku suka jika amalanku diangkat ketika aku berpuasa”. Usamah bertanya lagi: Aku melihat engkau berpuasa pada hari Isnin dan Khamis dan tidak mengabaikan kedua-dua hari itu. Sabda baginda S.A.W : “Sesungguhnya segala amalan semua hamba akan diangkat pada kedua-dua hari itu maka aku lebih suka tidak diangkat amalanku melainkan bersamanya aku berpuasa.” (Hadis riwayat Imam Ahmad r.a., An-Nasai r.a. dan Imam Al-Baihaqi r.a.).

Sayyidatina Aisyah r.a juga menyebut: “Aku tidak pernah melihat Rasulullah SAW berpuasa dalam bulan lain lebih daripada puasa Syaaban. Baginda pernah berpuasa Syaaban sepenuhnya, kecuali hanya beberapa hari (tidak puasa)” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim).

Rasulullah SAW bersabda: “Sesiapa yang berpuasa tiga hari pada permulaan Syaaban dan tiga hari pada pertengahan Syaaban dan tiga hari pada akhir Syaaban, maka Allah mencatat untuknya pahala seperti pahala tujuh puluh nabi dan seperti orang-orang yang beribadat kepada Allah Taala selama tujuh puluh tahun dan apabila dia mati pada tahun itu maka dia seperti orang yang mati syahid.” (Durratun Nasihin)

2. Bertaubat dan Beristighfar.

Digalakkan juga untuk bertaubat dan memohon keampunan di atas keterlanjuran di sepanjang bulan ini. Taubat ialah pembersihan rohani kerana taubat itu menjadi tuntutan dalam agama supaya setiap diri individu yang sememangnya tidak ma‘shum ini melakukan taubat pada setiap masa dan ketika.

Sabda Nabi SAW: “Sya’aban adalah bulanku dan Ramadhan adalah bulan umatku. Syaaban ialah mengkifaratkan (menghapuskan) dosa dan Ramadhan ialah menyucikan dosa (jasmani dan rohani).”

Daripada Ibn `Abbas, Rasulullah SAW bersabda: “Sesiapa yang selalu memohon ampun (membanyakkan istighfar), nescaya Allah menjadikan untuknya setiap kesusahan itu ada kesenangan, setiap kesempitan ada jalan keluar dan dia diberi rezeki yang tidak disangka.” (Hadis riwayat Ahmad, Abu Daud dan Ibn Majah.)

3. Berzikir

Zikir ialah ucapan yang dilakukan dengan lidah atau mengingati Allah SWT dengan hati, dengan ucapan atau ingatan yang mempersucikan Allah SWT dan membersihkanNya dari sifat-sifat yang tidak layak untukNya.

Allah SWT berfirman: “Wahai orang yang beriman, sebutlah akan Allah dengan sebutan yang banyak.” Firman-Nya lagi: “Sebutlah (zikir) akan Allah dengan sebutan yang banyak semoga kamu mendapat kemenangan.”

Rasulullah SAW menjelaskan zikir mengingati Allah SWT termasuk dalam amalan mulia dan berkedudukan tinggi. Sabda Baginda SAW: “Hendakkah aku khabarkan kepada kamu amalan yang paling baik dan paling suci di sisi Pemilik kamu dan yang paling tinggi pada darjat kamu dan lebih baik daripada emas dan perak dan lebih baik daripada kamu membunuh musuh kamu atau dia membunuh kamu di medan jihad?” Sahabat bertanya: “Apakah dia wahai Rasulullah?” Jawab Baginda SAW: “Zikrullah.”

Zikir juga mempunyai kelebihan. Dengan mengingati Allah sebanyak-banyaknya, hati tenang dan tenteram. Ia dijamin oleh Allah Yang Maha Mengetahui sebagaimana firman-Nya: “Orang yang beriman dan tetap hati mereka dengan menyebut akan Allah, ketahuilah bahawasanya dengan menyebut akan Allah itu menenangkan hati.”

4. Berselawat

Berselawat kepada Nabi Muhammad SAW adalah salah satu bukti kecintaan seseorang itu kepada Allah SWT. dan Rasulullah SAW, selain mengerjakan segala suruhan Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.

Firman Allah SWT: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya berselawat kepada Nabi. Hai orang-orang yang beriman berselawatlah kamu kepadanya dan ucaplah salam penghormatan kepadanya.” (Surah Al-Ahzab: 56).

Dikutip dari buku al-Fawaaidul Mukhtaaroh Diceritakan bahwa Ibnu Abiy as-Shoif al-Yamaniy berkata, “Sesungguhnya bulan Sya’ban adalah bulan sholawat kepada Nabi saw, karena ayat Innallooha wa malaaikatahuu yusholluuna ‘alan Nabiy … diturunkan pada bulan itu”. (Ma Dza Fiy Sya’ban?)

5. Berdoa

Doa dipohon sebagai tanda menginsafi dan menyedari diri manusia sangat lemah dan tidak mampu untuk menunaikan segala keperluan hidup. Firman-Nya: “Dan apabila hamba-Ku bertanya kepadamu mengenai Aku, maka (jawablah), bahawasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia memohon kepadaku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (Surah al-Baqarah, ayat 186).

Rasulullah SAW bersabda: “Lima waktu tidak ditolak sesuatu doa itu iaitu pada malam Jumaat, malam 10 Muharam, malam Nisfu Syaaban, malam Aidilfitri dan malam Aidiladha.” (Riwayat Bukhari, Muslim dan Abdullah Umar.)

Rasulullah SAW bersabda: “Pada tiap malam, Rabb kita turun ke langit dunia ketika bersisa sepertiga malam yang akhir. Maka Allah berfirman: Sesiapa yang berdoa kepada-Ku, pasti akan Kukabulkan, dan siapa yang memohon kepada-Ku, pasti akan Kuberi, dan siapa yang mohon ampun kepada-Ku pasti akan Kuampuni.” (Riwayat Malik, Bukhari, Muslim dan Tirmidzi)

6. Berqiamullail Dan Meghidupkan Malam Nisfu Syaaban

Sunat menghidupkan malam 15 Syaaban dengan membaca zikir dan Al Quran kerana malam tersebut adalah malam yang amat mustajab dan penuh rahmat.

Daripada Muaz bin Jabal dan Abu Musa Al-Asy’ari r.a. bahawa Rasulullah SAW telah bersabda; “Sesungguhnya Allah pada malam Nishfu Sya’ban memerhati (mengawasi) seluruh mahluk-Nya dan mengampuni semuanya kecuali orang musyrik atau orang yang bermusuhan.” (Riwayat Ibnu Majah, Ibn Habban, Al-Baihaqi dan At-Thobarani)

Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib KW bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Jika malam Nishfu Sya’ban tiba, maka solatlah di malam hari, dan berpuasalah di siang harinya, karena sesungguhnya pada malam itu, setelah matahari terbenam, Allah turun ke langit dunia dan berkata, ‘Adakah yang beristighfar kepada Ku, lalu Aku mengampuninya, Adakah yang memohon rezeki, lalu Aku memberinya rezeki , adakah yang tertimpa bala’, lalu Aku menyelamatkannya, adakah yang begini, adakah yang begini, demikian seterusnya hingga terbitnya fajar?” (Riwayat Ibnu Majah).

7. Berbuat Baik Dan Bersedekah,

Sambutlah kedatangan Syaaban dengan keinsafan dan kesedaran. Perbanyakkanlah amal soleh dan menolong meringankan penderitaan fakir dan miskin serta anak-anak yatim.

Bersedekah suatu amalan yang suci murni lagi terpuji sebagai keperihatinan dengan nasib dan kesusahan orang lain seperti mana yang amat dituntut oleh Islam.

Rasulullah SAW bersabda: “Sebaik-baik amal adalah memberi makan (kepada fakir miskin dan anak yatim) dan memberi salam kepada orang yang engkau kenal dan orang yang engkau tidak kenal.” (Riwayat Bukhari,Muslim dan Nasa’i)

8. Beristiqomah

Baginda SAW juga menggalakkan agar kita melakukan sesuatu yang baik terutama dalam ibadat khusus seperti solat sunat, puasa dan sedekah. Ia mestilah dilakukan secara berterusan walaupun sedikit kerana beristiqomah dalam melakukan amalan kebaikan akan mendatangkan perasaan untuk menghisab dan menghitung diri sendiri secara berterusan dan akhirnya melahirkan individu yang sentiasa mengingati Allah

Daripada Abi Salamah; Sesungguhnya Sayyidatina Aisyhah telah memberitahu: “Nabi SAW tidak banyak berpuasa melainkan pada bulan Syaaban dan ada kalanya Baginda SAW telah berpuasa sebulan penuh pada bulan Syaaban. Baginda SAW bersabda: “Lakukanlah amalan yang mana kamu mampu membuatnya; Maka sesungguhnya Allah tidak membebankan (mewajib) kamu sehingga kamu merasa berat dengan bebanan.” Apa yang disukai oleh Rasulullah SAW adalah solat (sunat) yang sentiasa dibuat sekalipun sedikit dan Baginda SAW apabila mendirikan solat, maka Baginda SAW sentiasa berterusan (beristiqomah} di dalam berbuat demikian.” (Riwayat Imam Bukhari r.a. dan imam Muslim r.a.)

Apabila amal dilakukan secara berterusan ia akan mendatangkan kepada kita perasaan untuk menghisab dan menghitung diri sendiri secara berterusan dan ini akan melahirkan individu yang sentiasa berada dalam ibadat dan mengingati Allah setiap masa dan tempat, sama ada ditikar sembahyang, ketika belajar mahupun ketika berkerja. Akhirnya menyebabkan kita akan merasai hikmat dan kesan daripada amalan tersebut.

Oleh itu, amatlah baik bagi kita sebagai umat Islam memperbanyakkan amal dan kebajikan, selain menjadi satu medan latihan rohani ke arah mempersiapkan diri menyambut kedatangan bulan Ramadhan al-Mubarak.

Sesungguhnya bulan Syaaban adalah kesempatan untuk menyuci dan membaiki kecacatan hati dan memperbaiki diri dari segala macam celaan, setelah bulan Rejab lalu kesempatan kita menyucikan badan dan meminta ampun dari segala dosa, manakala pada bulan Ramadhan nanti masa kita untuk menyucikan roh dan menerangkan hati dan jiwa bagi mendekatkan diri kepada Allah SWT.

والسلام


















0 komentar:

Posting Komentar

Komentar FB :