Pages


Minggu, 11 Agustus 2013

PUASA 6 HARI DI BULAN SYAWAL



Oleh : SULAIMAN.A.GANI.
===================================
Alhamdulillah, Lon pujoe Tuhan
Yang peujuet Alam, langet ngoen Donya
Ngoen Rahman Rahim, Geunaseh Tuhan
Yang peuna peutan, lat batat Dumna

Seulawuet saleum, akan janjongan
Pang ule Alam, Rasul mustafa
Nabi yang Akhe, Utusan Tuhan
Rasul khataman, bandum  Ambiya

Assalammua’laikom, saleum lon tuan
Keu bandum rakan, Tuha ngoen Muda
Hana loen beda, inoeng ngoen Agam
Dalam grup Muprang, bandum loen sapa

Oh habeh Ra’jab, jitamoeng Sya’kban
Lhuehnyan Ramadhan, buluen puasa
Sibeurangkasoe, jipujoe Tuhan
Buluen Ramadhan, Fahla meuganda

Lailatur qadar, dalam ramadhan
Seribu bulan, hana geutuka
Sidumnan bandeng, neubri le tuhan
Meusoe dapatkan, bandengan fahla

Oh leupah jiwoe, buluen Ramadhan
Jitamoeng Syawal, meu uroe raya
Puasa sunat, meusoe kerjakan
Lam buluen syawal, raya that fahla

Meusoe puasa, oh lhueh Ramadhan
Lam buluen syawal, Meukhuen Saidina
Puasa sunat, nam (6) uroe sinan
Raya hanaban, Bandengan fahla

Seubandeng sithoen, puasa Ramadhan
Fahla sidumnan, Sabda  Maulana
Nyan saboeh Pinto, buet keubajikan
Saboeh peurisai, akhirat Donya

Nibak buet maksiet, Han takerjakan
Meunyan peurisai, masa lam Donya
Tuhan peu jeuoh, Nuraka Jahnam
Meunyan peurisai, Akhirat  teuma

Meumada ohnoe, uloen sampaikan
Puasa Syahwal, Bandengan fahla
Sekeuda muphoen, dari lon tuan
Lon jak buet pih tan, sikula hana

Meunyoe na salah, yang lon sampaikan
Peubeutoi Rijang, bek juet keu Dosa
Oh uroe dudoe, bek meutang ilang
Bek juet keu utang, blang padang masya
( Tgk.Diyueb Bruek, 11 Agustus 2013 )
 
PUASA 6 HARI DI BULAN SYAWAL
=====================
Bismillaahirrahmaanirrahiim

Salah satu dari pintu-pintu kebaikan adalah melakukan puasa-puasa sunnah. Sebagaimana yang disabdakan Rosulullah Shollallohu ‘alaihi wa sallam: “Maukah aku tunjukkan padamu pintu-pintu kebaikan?; Puasa adalah perisai, …” (Hadits hasan shohih, riwayat Tirmidzi). Puasa dalam hadits ini merupakan perisai bagi seorang muslim baik di dunia maupun di akhirat. Di dunia, puasa adalah perisai dari perbuatan-perbuatan maksiat, sedangkan di akhirat nanti adalah perisai dari api neraka. Dalam sebuah hadits Qudsi disebutkan, “Dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya.” (HR. Bukhori: 6502)

Puasa Seperti Setahun Penuh

Salah satu puasa yang dianjurkan/disunnahkan setelah berpuasa di bulan Romadhan adalah puasa enam hari di bulan Syawal. Puasa ini mempunyai keutamaan yang sangat istimewa. Dari Abu Ayyub Al Anshori, Rosulullah bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa Romadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia seperti berpuasa setahun penuh.” (HR. Muslim no. 1164). Dari Tsauban, Rosulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa berpuasa enam hari setelah hari raya Iedul Fitri, maka seperti berpuasa setahun penuh. Barangsiapa berbuat satu kebaikan, maka baginya sepuluh lipatnya.” (HR. Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Irwa’ul Gholil). Imam Nawawi rohimahullah mengatakan dalam Syarh Shahih Muslim 8/138, “Dalam hadits ini terdapat dalil yang jelas bagi madzhab Syafi’i, Ahmad, Dawud beserta ulama yang sependapat dengannya yaitu puasa enam hari di bulan Syawal adalah suatu hal yang dianjurkan.”

Dilakukan Setelah Iedul Fithri

Puasa Syawal dilakukan setelah Iedul Fithri, tidak boleh dilakukan di hari raya Iedul Fithri. Hal ini berdasarkan larangan Rasululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan dari Umar bin Khathab, beliau berkata, “Ini adalah dua hari raya yang Rosululloh melarang berpuasa di hari tersebut: Hari raya Iedul Fithri setelah kalian berpuasa dan hari lainnya tatkala kalian makan daging korban kalian (Iedul Adha).” (Muttafaq ‘alaih)

Apakah Harus Berurutan ?

Imam Nawawi rahimahullah menjawab dalam Syarh Shohih Muslim 8/328: “Afdhalnya (lebih utama) adalah berpuasa enam hari berturut-turut langsung setelah Iedul Fithri. Namun jika ada orang yang berpuasa Syawal dengan tidak berturut-turut atau berpuasa di akhir-akhir bulan, maka dia masih mendapatkan keuatamaan puasa Syawal berdasarkan konteks hadits ini”. Inilah pendapat yang benar. Jadi, boleh berpuasa secara berturut-turut atau tidak, baik di awal, di tengah, maupun di akhir bulan Syawal. Sekalipun yang lebih utama adalah bersegera melakukannya berdasarkan dalil-dalil yang berisi tentang anjuran bersegera dalam beramal sholih. Sebagaimana Allah berfirman, “Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan.” (Al Maidah: 48). Dan juga dalam hadits tersebut terdapat lafadz ba’da fithri (setelah hari raya Iedul Fithri), yang menunjukkan selang waktu yang tidak lama.

Mendahulukan Puasa Qodho’

Apabila seseorang mempunyai tanggungan puasa (qadha’) sedangkan ia ingin berpuasa Syawal juga, manakah yang didahulukan? Pendapat yang benar adalah mendahulukan puasa qadha’. Sebab mendahulukan sesuatu yang wajib daripada sunnah itu lebih melepaskan diri dari beban kewajiban. Ibnu Rajab rohimahulloh berkata dalam Lathiiful Ma’arif, “Barangsiapa yang mempunyai tanggungan puasa Romadhon, hendaklah ia mendahulukan qodho’nya terlebih dahulu karena hal tersebut lebih melepaskan dirinya dari beban kewajiban dan hal itu (qodho’) lebih baik daripada puasa sunnah Syawal”. Pendapat ini juga disetujui oleh Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin dalam Syarh Mumthi’. Pendapat ini sesuai dengan makna eksplisit hadits Abu Ayyub di atas.

Semoga kebahagiaan selalu mengiringi orang-orang yang menghidupkan sunnah Nabi Muhammad Shollallohu ‘alaihi wa sallam. Wallohu a’lam bish showab.
***
Puasa Enam Hari di Bulan Syawal





0 komentar:

Posting Komentar

Komentar FB :